46

1.4K 118 7
                                    


"Kenapa kalian kenuduh ku seperti itu hah?! Apa kalian gak percaya dengan apa yang saya ucap 'kan apa kalian fikir saya sejahat itu, masih untung saya menolongnya!!,"Yulia malah membentak Nathan dan Jek.

"Lebih baik kalian bawa dia dari sini, sebelum suami dan anak saya pulang,"Yulia memalingkan wajahnya, diam-diam dia menahan air matanya supaya tak terlihat menangis.

"Biar saya bantu, oh iya apa kalian membawa ambulan untuk membawanya?,"tanya dokter itu.

"Tidak usah adik saya tidak suka menaiki mobil itu, dokter tenang saja saya jugak dokter jadi saya tau apa yang harus saya lakukan,"dokter itu hanya mengangguk dan mundur beberapa langkah memberikan ruang untuk Nathan.

Setelah memeriksa Arka, dan memberikan anak itu beberapa suntikan akhirnya Nathan melepaskan semua alat alat yang menempel di tubuh Arka kecuali infus yang menancap pada punggung tangan Arka masih belum di buka, tapi sebelum dia menggendong Arka, Nathan membuka jaketnya dan memakaikannya kepada Arka meski hanya menutupi bagian depannya saja.

"Makasih sudah menolong adik saya nyonya, kami permisi membawa adik kami,"Nathan hanya tersenyum tipis dan meminta Jek untuk memegang infus Arka lebih tinggi karna jika lebih rendah bisa-bisa darah Arka kesedot.

Setelah Nathan dan Jek membawa pergi Arka, entah kenapa hati Yulia seperti tak ikhlas saat anaknya di bawa orang lain, dia sedih? tentu saja dia sedih selama ini Yulia baru pertama kalinya bisa berdekatan dengan Arka tanpa ada tembok baja tak kasat mata yang menghalanginya lagi, dia bisa menggenggam tangan anaknya sepuasnya, mencium, menyusap wajah Arka, tapi di lain sisi Yulia jugak sangat senang karna masih ada yang Sayang kepada anaknya ini.

🗨️

Satu bulan yang lalu saat dirinya mengantarkan Heri ke kamar setelah berdebat tadi.

Namun perasaanya semakin tidak tenang saat tadi dia meninggalkan Arka sendirian di dalam kamar setelah mendapat 'kan hadiah langsung dari sang ayah, dan mendapat 'kan luka batin karena ulahnya.

Karna perasaanya semakin tidak tenang akhirnya Yulia beranjank dari kamar Heri, untuk melihat ke adaan anak itu sekarang.

"Mau ngapain kamu ke sana?,"tanya Yuda kepada sang istri dengan emosi yang masih menguasai tubuhnya.

Deg

Sial kali ini dia sangat ceroboh sekali, kenapa tadi dia tidak melihat ke adaan sekitar sebelum ke kamar itu.

"Mm.... gak gak ngapa-ngapain aku ke sini mau ngambil barang aku yang ke tinggalan di dalam?,"tiba tiba emosi Yuda luntur semuanya saat Yulia mengucapkan itu, tangannya terulur mengelus rambut sang istri,

"Ya sudah kalo begitu sekarang kamu ambil barang kamu dan keluar, jangan melirik ataupun menolongnya paham?,"

"Iya mas."

Pembicaraan mereka berhebti saat hp Yuda berbunyu.

Drettt
Drettt

"Ya halo."

"....."

"Ah baiklah saya akan segera kesamaan sekarang,"Yuda mematikan telepon tidak secara sepihak dan mengendus sebal.

"Ada apa mas?,"

"Sepertinya hari ini aku gak bisa bersantai dengan mu?,"

"Kenapa?"

"Di kantor ada masalah dan semua bawahanku tak bisa mengatasinya, jadi aku harus turun tangan sendiri,"di situ Yulia hanya bisa tersenyum lega.

"Baiklah tak apa, hati-hati di jalan."

"Kau juga,"setelah Yuda keluar dari rumah, Yuliapun terburu-buru masuk ke dalam kamar Arka dan betapa terkejutnya dia saat mendapati Arka yang tergeletak di lantai dengan tubuh yang dipenuhi luka dan darah yang bergenang di samping tubuh putranya.

"Arka,"lirih Yulia, dia membalikan badan Arka yang menyamping itu dengan hati-hati, saat tangannya menyentuh tubuh Arka hanya terasa dingin. Karena panik Yulia segera mengambil hpnya dan menelpon seseorang.

"Cepat kemari, dan jangan sampai suami ku tau tentang ini semua."

Tak lama kemudian datang salah satu orang dengan ber jas putih masuk kedalam kamar Arka, dia melihat Yulia yang menangis memeluk tubuh yang penuh dengan luka dan darah.

"Ada apa nyonya? dia kenapa?,"Yulia barulah mendongakkan kepalanya, menatap siapa yang datang.

"Tolong anak saya dok saya mohon, tubuhnya dingin dok, saya mohon,"Yulia memohon kepada dokter itu.

Dan saat dokter itu mengambil alih tubuh Arka, dan benar saja tubuh itu sudah dingin hanya denyut nadinya saja yang berfungsi meskipun sangat lemah sekali.

"Sebaiknya kita bawa ke rumah sakit saja Bu,"

"Gak dok jangan bawa dia ke tempat itu,"

"Kenapa? di sana 'kan peralatannya sangat lengkap,"ujar dokter itu.

"Bawa saja kesini peralatan yang anda butuhkan, saya yang akan menanggung semuanya!!" Teriak Yulia ke hadapan dokter itu.

"Baiklah, tapi boleh kah kita membawanya ke kamarnya?,"

Kamar mana yang di maksud dokter ini, jelas-jelas dari kecil Yulia tak memperhatikan Arka,bahkan makan saja Yulia tak peduli apalagi memberinya kamar?.

(Sedikit info ya,bahwa ruangan yang ditempati arka itu adalah bekas gudang yang terbengkalai,yang dirapihkan oleh bibi sang pembantu arka)

"Ikuti saya."

🗨️
Dikediaman Galih, semua anggota keluarga Galih sudah berkumpul di salah satu kamar yang di sedia 'kan untuk Arka.

"Ternyata dia mempunyai hati nurani sebagai ibu toh?, Meskipun dia membuat anak ku koma,"tanya Zalwa yang sedang duduk santai di ujung ranjang Arka,

"Ya begitulah mih, Jek kira mereka masih sama kayak dulu ternyata mereka udah berubah sekarang,"

"Terus si Arka yang gimana bang udah baik 'kan?,"tanya Shandy, anak itu memang baru di kasih kabar setelah Arka ada di kamar bersama keluarganya.

"Untuk saat ini dia koma, dan entah sampai kapan Arka akan tertidur, kita cuma bisa ber do'a saja supaya Arka tidurnya tidak lama-lama."

Semuanya terdiam, tak ada yang bisa membuka mulut mengetahui kabar yang kurang gembira ini.

"Hoaammmm, cape banget, Abang mau bobo dulu ya,"akhirnya Nathan membuka suara memecah 'kan keheningan yang tercipta.

Mereka kira Nathan akan keluar dan tidur di kamarnya sendiri, ternyata mereka salah, Nathan malah merebahkan tubuhnya di samping Arka, karna Shandy, dan Jek iri, akhirnya merekapun ikut merenah 'kan tubuhnya.

"Mas kamu temenin anak anaknya gih, mami mau buatin makanan buat kita,"ucap Zalwa mengusap punggung suaminya.

"Biar mas yang menemanimu masak."

"Gak usah aku bisa sendiri kok, udah sana, selamat istirahat mas,"selepas itu Zalwa langsung pergi ke dapur, sedangkan Galih menatap ke empat anaknya, mengecup satu-satu dan ia juga ikut merebah 'kan tubuhnya di samping Shandy memeluk tubuh kekar Shandy.



Syalalalala
_____________
Halo semuanya🤗
Makasih ya udah
Vote & komen ceritaku
________


Dan buat semuanya yang udah mau baca ceritaku maaf ya ceritanya kalo gak nyambung,soalnya authornya baru belajar bikin cerita😅

Mohon bimbingannya ya semuanya😊

ARKANA PRAWIRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang