23

1.9K 154 1
                                    



Di rumah, Jek ia sedang asik bermain bersama Shandy di ruangan keluarga berdua tawa mereka menggelegar pecahan demi ocehan yang Jek dan Shandy lontarkan. Namun tawa mereka tiba-Tiba membuyar saat ponsel Jek berbunyi.

"Ah elah siapa sih nih ganggu aja,"Jek mendumel sendiri meski ujung ujungnya ia mengangkat telpon itu jugak, siapa tau penting bukan.

"Halo,"

"Halo den ini saya pembantu den arka den,"ucap dari sebrang sana

"Iya Bi ada apa ya?,"Jek manatap Shandy yang asik bermain game

"Den arka den...,"

"Arka kenapa bi!??,"ucap Jek panik.

"De...den arka...den arka masuk RS den, bibi gak tau harus minta tolong sama siapa den, dari tadi den Arka belum ada yang nangani den karena bibi gak punya uang buat bayar administrasinya den tolong bantu saya den... dari tadi den Arka muntah darah den tolong bibi,"

Sumpah demi apapun rasanya Jek ingin loncat dari atas gedung bertingkat 150 itu.

"Anjing kenapa bisa kayak gitu bi?se...sekarang bibi serlok  ada di RS mana biar Jek kesana."

Tutt

"Mamiiii!!!!,"teriakan Jek begitu melengking di dalam rumah.

"Eh bangsat Lo kenapa sih teriak teriak!,"Satya menyodorkan kepala Jek tapi Jek diam dia menyimpan hpnya di kantong celana dan berdiri saat melihat Zalwa berjalan ceoat ke arah mereka.

"Apa sih Jek kamu teriak teriak aja,"oceh Zalwa.

"Mih kita harus ke RS sekarang!, Arka masuk RS tapi sampe saat ini belum ada yang nangani mih."

"Astaga, ya udah Satya siapkan mobil mamih mau nelpon papi sama bang Nat dulu buruan,"Sandy dengan cepat berlari menyiapkan mobil sedangkan Jek dan Zalwa sedang berjalan sambil menelpon Galih dan Nathan

______

Skip

Jek, Shandy, dan Zalwa berlari ke dalam RS, mencari keberadaan Arka hingga mereka melihat ada gerombolan orang di koridor.

"Tolong bertahan den bibi mohon,"bibi terus saja memanjatkan doa supaya Arka tak kenapa kenapa, dia begitu panik saat ini melihat kondisi Arka yanh mengenaskan.

"Bu itu darahnya di bersihin lagi,"

"Awas!!,"Jek berteriak membelah kerumunan orang-orang itu.

"Ar?Arka Lo denger gue kan Ar?"tanya Jek menepuk pipi Arka tapi tak ada jawaban dari Arka.

"Shandy Shandy cepetan kami bawa alat-alat medis kesini,"ucap Zalwa,dia tak peduli saat ini dia dokter atau bukan tapi yang pasti dia harus segera menyelamatkan Arka.

"Lo harus bertahan Ar Lo harus bertahan,"ucap Jek sambil mengelus rambut Arka yang sudah lepek karna keringat yang membanjiri tubuh Arka.

"Ini kenapa masih berkerumun bubar, kalo gini gimana anak saya bisa nafas!!,"Zalwa menatap orang orang yang ada di sana, seketika semuanya pun bubar membiarkan kekuarganya yang menangani anak malang itu.

"Mih cadangan oksigen semuanya ada di lantai atas adanya cuma ventilator,"ucap Shandy memberikan balon ventilator itu.

"Gpp ini lebih bagus, Jek baringkan dulu arkanya,"ucap Zalwa, Jek menyimpan kepala Arka di branka, Zalwa dengan cepat mendekat ke arah Arka mendongakkan sedikit kepalanya lalu membuka mulut Arka, Jek sangat panik saat dada Arka naik keatas dan sulit untuk bernafas, tapi itu tak lama setelah ventilator itu masuk Arka tak kejang lagi.

"Mih mihh Arka kenapa?,"

"Gapapa, ini karena Arka tadi sempat gak nafas,"ucap Zalwa sambil menekan nekan dada Arka.

"Shandy naik, lakukan apa yang tadi mamih lakukan cepat,"sangking paniknya Zalwa terus mengechek detak jantung dan denyut nadi Arka yang dibantu oleh Shandy.

Krekk

Krekk

Krekk

Suara cekitan branka itu terdengar keras di lotong rumah sakit, untung saja rumah sakit nampak sepi jadi tidak mengundang kerumunan bangmyak orang.








Sekian dan terima kasihhhhhhhh...

ARKANA PRAWIRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang