6

2.6K 207 4
                                    

"maaf kami tidak bisa menyelamatkan adik anda"mata Heri melotot,darahnya sudah mendidih,air mata sudah berlinang mengalir di pipi putih Heri.

Heri yang panik langsung mendorong dokter itu kesamping,ia berlari mendekat ke arah branka,yang ditempati oleh tubuh sang adik yang sudah terlihat kaku diatasnya.

"Dek bangun dek"lirih Heri,suaranya sudah serak menahan tangisannya.

"Lo jangan kaya gini dek,gue minta maaf sama Lo gue gak nolongin Lo dek gue minta maaf dek bangun dek kakak disini dek,Lo jangan nyerah gitu aja dong dek kasian ayah bunda dek mereka pasti sedih liat Lo kaya gini dek bangun gue mohon sama Lo gue mohon bangun,bangun!,bangun arkana prawira!!".

"Arkaaaa...".

"Arka hah hah hah syukur deh cuma mimpi"mata Heri melihat ke semua penjuru ternyata ini kamarnya dan tadi?itu cuma bunga tidur.

"Itu mimpi kok kaya nyata ya?".

"Tapi kalo itu nyata gue janji sama Lo dek gue gak bakalan itu terjadi"dengan cepat Heri meloncat ke bawah ranjang memakai sandalnya dan membuka pintu,dia perlahan berjalan ke arah pintu ruangan yang selama ini belum pernah Heri injak sama sekali.

Sungguh Heri sangat prihatin dengan kamar sang adik,tapi ia tak peduli yang penting dia melihat sang adik yang sedang tertidur dengan nyenyak di bawah selimut tipisnya,Heri tersenyum tipis melihat wajah sang adik yang Sangat polos itu terlelap dengan damai.

Setelah puas memandangi sang adik,Heri kembali menutup pintu kamar Arka dan kembali ke kamarnya .

Sedangkan dikamar Arka ternyata Arka tidak benar benar tidur,dia hanya berpura pura tidur,karna dari tadi dia tak bisa tidur karna punggungnya sangat sakit sekali,ditambah dengan rasa sesak yang mendominasinya.

"Arka tau ternyata kakak masih sayang sama Arka".

"Hah hah Bun tolong Arka"lirih Arka sebelah tangannya ia gunakan untuk memijat punggungnya sedangkan sebelah lagi ia gunakan untuk meremat dadanya bahkan sesekali arka memukuli dadanya.
______

Malam sudah berganti dengan pagi,pagi sudah berganti dengan siang,tapi Arka masih saja enggan untuk bangun,ia masih Betang dengan selimutnya,tubuhnya menggigil wajahnya pucat seperti mayat.

Sebenarnya dari tadi Arka lapar dan haus,berharap agar ada seseorang yang datang ke kamarnya dan memberikannya makanan,tapi dari pagi belum ada salah seorang yang masuk kedalam kamarnya,haruskah ia mati kelaparan di dalam kamar dan membusuk di sana?ah tidak Arka tak ingin itu terjadi,hingga ia bangun untuk makan setidaknya perutnya terganjal sedikit makanan di dapur.

Dengan hati hati Arka menuruni tangga,meski ia hanya menuruni tangga tapi dadanya sangat sesak sekali,ada apa ini kenapa seperti ini.

"BI?"lirih Arka pelan sekali.

"Eh aden?Aden gak sekolah?kirain bibi Aden sekolah loh?Aden kenapa sakit?"Arka hanya menggeleng kan kepalanya,ia bingung harus jawab yang mana dulu.

"BI ada makanan gak?".

"Aden laper?ada den ini tapi cuma nasi doang?".

"Gpp bi"ucap Arka sambil membawa piring yang kebetulan ada di sampingnya.

"Masa cuma nasi sih den,biar bibi buatin telor ceplok atau apa yah?"bibi yang tak tega dengan Arka pun berniat untuk membuatkan makanan,tapi Arka teteplah Arka,ia menolak dibuatkan makanan.

"Gak usah"setelah mendapatkan nasi Arka berjalan ke meja makan tempat para pembantu disana Arka emang sering makan disana,karna Yuda melarang keras Arka makan bersama di meja makan.
_______

ARKANA PRAWIRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang