35

1.6K 150 4
                                    

:

:

:

:

:

Dari tadi siang bibi tak bisa tenang, dia sangat khawatir dengan kondisi Arka yang sedang demam tinggi, tapi sayangnya dia tak bisa menjaga Arka. dia harus menyelesaikan tugasnya terlebih dahulu.

Setelah selesai membereskan semuanya bibi langsung masuk kedalam kamarnya mengambil selimut yang ia pakai jika dia menginap di rumah majikannya.

Dia jugak tak lupa untuk membawa semangkuk bubur, obat penurun demam dan air putih, meski kerepotan membawanya tapi itu sudah biasa baginya.

Clek

Saat bibi masuk dia melihat Arka yang meringkuk memeluk dirinya sendiri, bahkan plestes penurun panas untuk anak anak itu sudah terlepas dari kening mulus arka. bibi yang melihat itu hanya menggelengkan kepala.

"Aden bangun, makan dulu yuk terus makan obatnya,"ucap bibi sambil menyimpan makanan itu di dakatnya.

"Arka belum laper,"lirih Arka,dia berbohong?, Tentu. Padahal saat ini perutnya minta di isi oleh makanan. Tapi Arka masih enggan untuk makan, dia masih memikirkan apa yang tadi orangtuanya ucapkan.

"Tapi aden belum makan loh, makan yah sedikit aja gapapa asal perut aden terisi,"Arka hanya membalas dengan menggelengkan kepala.

"Ayo dong den, makan yah biar bibi suapin aden sini."

"Gak."

"Pasti aden gak mau buburnya ya?ya udah aden mau makan apa biar bibi buatin?aden mau ayam balado?itukan kesukaan aden,"Arka hanya menggelengkan kepalanya, bibi yang dari dulu bekerja disini sudah tau sifat Arka, tak biasanya Arka akan menolak saat akan dimasakan ayam balado padahal itu makanan kesukaannya.

"Aden mau apa hem.. biar bibi buatin yah buat aden, asal aden jangan kaya gini nak bibi sedih liat aden sakit,"bibi mendekat ke arah Arka menarik selimut yang dia bawa hingga sebatas dada mengusap kepala Arka yang sudah basah oleh keringat dingin.

"Arka cuma mau bunda,"Arka membuka matanya menatap dinding yang berwarna putih polos itu.

"Arka sering liat bunda kahwatir banget waktu kakak lagi sakit, bunda sama ayah menjaga kaka sampe kakak sembuh, tapi kenapa bunda sama ayah gak pernah ngekhawatitin arka?apa salah Arka bi hiks..kenapa bunda sama ayah benci baanget sama arka,"bibi yang mendengarkan keluh kesah Arka hanya bisa diam bibinya sudah basah oleh air, hatinya sakit melihat Arka yang seperti ini, Arka yang harus akan kasih sayang kedua orangtuanya.

"Aden denger bibi...mereka gak benci aden kok..me-mereka sayang kok sama aden tapi..caranya yang beda, gak ada yang namanya orangtua membenci anaknya sendiri,"Arka hanya diam setelah itu ia menutup kembali matanya membiarkan satu tetes kristal bening miliknya keluar dari kelopak mata Anda.

Tanpa mereka sadari ternyata di depan pintu arka sudah ada seseorang yang mendengarkan semuanya, dia jugak ikut menangis dalam diam mendengar ucapan Arka yang sangat menyayat hati.

"Sekarang aden harus makan yah, terus minum obatnya,"lagi dan lagi Arka hanya menggelengkan kepalanya.

"Ya udah kalo aden belum lapar, tapi makananya bibi simpen disini ya, bibi harus kebawah takut nyonya nyariin, maafin bibi, bibi gak bisa jaga aden,"tak ada jawaban dari Arka, bibi bangkit dari duduknya berjalan ke arah pintu yang tak ada siapa siapa tapi tadi dia yakin ada seseorang yang menguping pembicaraannya.

Huaaaaaaaa

Niat mau bikin cerita nyuksruk
Malah akunya yang nyuksruk duluan

     |
     V

ARKANA PRAWIRA [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang