part ini gak mengandung adegan comedy, kalian gak bakal ketawa-ketawa lagi kayak kemarin. sekarang waktunya kalian nangis bombay. HAHAHAHAHAHAHAHA!
***“Mama gak akan kemana-mana, Mama bahkan gak bisa gerak, jadi ... kamu gak perlu takut kalau nanti Mama pergi.”
“B-bohong!” anak laki-laki itu bersikeras menolak untuk melepaskan pelukannya dari tubuh wanita muda diatas brankar yang kini tengah terbaring tak berdaya.
Wanita cantik dengan wajah pucat yang tengah mengulas senyum setipis kertas itu, mengusap rambut anak laki-lakinya perlahan, lalu memejamkan matanya, membiarkan liquid hangat yang tak bisa dibendung lagi akhirnya lolos begitu saja, hingga menganak sungai pada pipinya.
Anak kesayangannya, yang rasanya baru kemarin ia lahirkan dan ia gendong, kini sudah berusia enam tahun dan tengah memeluk dirinya, anak kesayangannya yang tak keberatan jika bergantian posisi untuk merawatnya selama beberapa bulan yang lalu, dan anak kesayangannya yang sudah bisa merasakan sakit, sebab melihat dirinya yang juga sedang tidak baik-baik saja,
“Sesak ya.” tangan yang dihiasi infus itu beralih mengusap pipinya. Wanita itu sedikit memperbaiki posisi kepala untuk menutupi air matanya dari sang anak, lalu menangis tanpa suara, hingga tembokpun tak mampu mendengar isakannya.
Ia tak tega, tak akan pernah tega jika harus meninggalkan sang anak diwaktu secepat ini, namun, ia sudah berjanji pada Tuhan, ketika anaknya lahir dengan selamat, ia akan memperbaiki diri, dan bersedia pergi jika sewaktu-waktu Tuhan merindukannya, dan waktu itu telah tiba.
Dan penyakit ini adalah alasan utama wanita itu kembali ke pangkuan Tuhan sebentar lagi, dan juga akan meninggalkan anaknya.
Anak laki-laki kesayangannya—Jeong-Kook—mendongak saat merasakan dada sang Mama yang bergerak naik turun lebih cepat, Mamanya menangis, menahan isakan yang entah mengapa menularkan rasa sesak pada Jungkook.
“Ma-Mama ...?” Jungkook memanggil, yang untungnya diberi respon oleh wanita cantik itu.
“Gak papah, biarin Mama menangis, sayang,” ujar wanita itu menenangkan. “Mama juga ingin bebas dari rasa sesak ini,” jelasnya masih terisak pelan.
Jungkook mengangguk, lalu tangan mungil membantu menghapus jejak air mata sang Mama. “Ya udah, Mama nangis aja sampai Mama ngerasa lega, jangan khawatir, Jungkook bakalan hapusin air mata Mama kok.”
Tangis wanita itu semakin pecah, dengan cepat menarik kembali dan memeluk erat tubuh mungil dihadapannya ini, bagaimana jadinya jika nanti Jungkook tahu bahwa ia akan benar-benar pergi?
“Kamu boleh nangis kalau kamu ngerasa sakit.” wanita itu berucap sangat pelan, hampir tak terdengar jelas sebab terlalu gemetar. “Tapi tolong ... jangan nangis didepan Mama ya ... Mama gak sanggup.”
Jungkook mengangguk patuh sekali lagi, lalu ia membalas pelukan sang Mama, pelukan yang tak akan pernah ia lupakan rasanya, yang sangat membuatnya nyaman hingga berhasil membuatnya lupa akan keadaan, anak laki-laki itu merasa sedikit tenang ditengah kerisauannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trouble Couple
FanfictionJungkook itu gila, tak berperasaan, dan pembuat masalah. Ia sering menolak, tapi tidak suka ditolak. Ia benci pria bernama Jaehyun, tapi ia menyukai gadis bernama Lalisa. Gadis pertama yang berani menampar, menjambak, bahkan menggigit kulitnya. Mus...