Bagian 14

29 6 0
                                    

Hai haloo haloo lagi mau double update karna stock draft nya sudah lumayan menumpuk.

Hehehe biar bisa lekas dinikmati. Soalnya akupun kurang suka kalo baca cerita yang lagi asik malah bersambung :( kan rasanya kentang bgt yaaa.

Happy reading all!❤

---------------------------






"Seperti yang ku bilang tadi, Ibuku seperti jalang, maaf terdengar kasar. Tapi aku benar-benar muak. Kau tahu, dia setiap saat selalu memoroti uangku, kalau untuk menghidupi kehidupannya yang baik tentu aku tidak akan mengeluh seperti ini. Tapi dia menghamburkan semua uang-uang yang ku beri, menggunakannya untuk berjudi, mabuk, main pria, ke club. Siapa yang tidak muak setiap wanita itu datang meminta uang dengan seenak hatinya, bila aku tidak memberi, aku dicap seperti ayah sialan itu."

Jae menyesap kopinya sebelum melanjutkan.

"Tapi, aku manusia yang bertanggung jawab, Seungah. Kau pasti paham maksudku."

Seungah mengangguk.

"Oppa memberinya dengan cuma-cuma dan itu membuatnya semakin...."

Seungah menggantungkan kalimatnya merasa tidak enak untuk melanjutkan. Jae mengangguk tersenyum kecut.

"Aku tidak pernah peduli dengan uangku, dulu tujuanku bekerja memang itu, membuat ibuku bahagia dan tidak perlu bekerja lagi. Karena aku tahu beratnya dia berjuang dulu menyekolahkanku dan membesarkanku hingga aku seperti ini. T-tapi..kenapa semua jadi begini, Seungah? Kenapa? Apa kesalahanku? Apa ini hukuman dari Tuhan? Apakah dengan begini aku sudah membahagiakan ibuku? T-tapi kenapa rasanya salah. Apa benar dia sudah bahagia? Karna a-ku sama sekali tidak merasa ikut bahagia bersamanya. Semuanya membuatku lelah, Seungah. Kau tahu aku muak. Aku lebih memilih hidupku yang dulu saja kalau begini."

Seungah beranjak berdiri berjalan pelan menghampiri Jae yang sekarang menunduk menutupi wajahnya. Malu karena sekarang dirinya tengah terisak. Mungkin menjadi pria dewasa sangat berat, mereka tidak seperti Seungmin yang bisa dengan bebas mengekspresikan kesedihannya. Tapi bagi Sungjin dan Jae? Mereka sudah menahannya selama ini. Menangis seperti pasti membuat harga diri mereka hancur. Apalagi menangis didepan seorang wanita yang asing ini.

Seungah mengulurkan tangannya, mencoba mengelus kepala Jae dengan lembut.

"Tidak. Kau tidak salah apapun. Ibumu suatu hari pasti akan menyadari betapa bangganya dia padamu, dia telah berhasil membesarkan pria sejati. Pria yang sangat jauh lebih baik dibanding suaminya dulu. Mungkin kau hanya harus lebih berjuang lagi sampai saat itu tiba. Jae oppa tidak sendiri. Ada aku dan minnie yang juga tengah berjuang dalam peperangan kami. Kami akan menemani sampai saat itu tiba, dan semuanya akan terbalas.

Bukankah itu ide yang bagus bila menggabungkan tali yang akan putus bisa membuatnya jadi lebih kuat?"

Seungah sekarang tengah berjongkok di hadapan Jae sambil memberikan senyumnya. Membuat Jae menggangguk dan menghapus air matanya.

"Maaf dan terimakasih, Seungah. Berjanjilah padaku, kau juga akan terus berjuang. Kita saling memperkuat tali itu satu sama lain. Aku tidak akan membiarkanmu berjuang sendiri."

Tanpa sadar Jae membawa Seungah dalam dekapannya. 

Deg.

Seungah merasakan rasa yang setelah sekian lama hilang. Pelukan atasannya ini entah terasa berbeda.

🎶🎶🎶

"Ah halo, oppa."

"E-eh? Seungah?"

✔At The End Of The Rope | Park Jaehyung Day6 AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang