LLH - 04

3.7K 486 134
                                    

Kacamata hitam itu terbuka tatkala langkahnya terhenti disebuah pemakaman Elite yang terlihat sangat terawat.

Sang pemilik kaki jenjang itupun menatap makam yang sedang ada dihadapannya untuk sesaat, kemudian ia memilih untuk berjongkok sembari meletakkan sebuket bunga mawar putih.

Jari jari lentik itu tergerak untuk mengusap foto yang diletakkan dimakam itu, segurat senyum getir pun terukir diwajah bak boneka itu.

Bibir menawan berwarna merah ranum itu belum terbuka juga untuk mengucapkan barang sepatah kata pun.

Manik bulat berwarna coklat terang pun terus menatap wajah dibalik bingkai foto, hingga akhirnya gadis itu menarik napas dalam.

"Hai, Dad. Aku merindukan mu, dan aku lelah harus kesepian setiap harinya"

Sang gadis tak henti hentinya mengusap wajah dibalik bingkai foto itu, senyum getir pun tak kunjung luntur sejak ia datang. Hingga tanpa sadar sebutir air mata jatuh dari sudut mata sang gadis.

"Kau tau, aku sekarang sudah tumbuh menjadi gadis muda yang sukses. Bahkan aku tumbuh sangat cantik seperti Eomma ku"

Gumamnya seorang diri dengan suara yang terdengar lirih, semilir angin pun terasa lebih kencang dari sebelumnya untuk menyapa kulit halusnya.

Gadis itupun menundukkan tubuhnya untuk mencium foto sang Ayah yang terlihat sangat gagah dan tampan.

Matanya terpejam untuk sesaat, sebelum akhirnya ia berdiri menatap makam sang Ayah. Gadis itupun tersenyum singkat kemudian berpindah ke makam yang satunya.

Makam yang berada tepat disamping makam sang Ayah, foto cantik itu membuat sang gadis tersenyum dan berjongkok untuk meletakkan sebuket bunga mawar putih untuk sang Ibu.

Ia tersenyum saat menyentuh wajah cantik dibalik foto itu. Dan lagi, ia tersenyum getir.

"Hai, Eomma. Aku juga merindukan mu, jangan berpikir bahwa aku akan melupakanmu" sapa sang gadis kemudian mengulum bibir bawahnya.

"Bisakah aku meminta saudara agar tidak kesepian?" gurau Lisa dengan suara lirih dan senyum getir diwajahnya.

Ia tak mampu lagi menahan segala rasa rindunya kepada kedua orang tuanya, ia sangat rindu dan ia sangat kesepian.

Seorang gadis kecil yang ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya untuk selamanya, katakan bagaimana ia bisa bahagia?

Bahkan ia sudah lupa caranya tersenyum sejak kepergian sang Ibu yang disusul sang Ayah hanya dalam jarak waktu 2 tahun.

Lalisa Lim, hidup sebatang kara sejak usia 14 tahun. Dan harus berjuang seorang diri melewati hari-hari yang melelahkan bersama para Maid yang sudah bekerja belasan tahun di Mansion nya.

Kesepian, satu kata yang menggambarkan sosok Lalisa Lim saat ini.

Andai Lisa bisa bertukar harta dengan kebahagiaan maka ia akan melakukannya. Rasanya sangat hampa, tidak memiliki orang tua, saudara ataupun keluarga lainnya.

Entahlah, Lisa juga bingung dimana keluarga dari pihak Ayah ataupun Ibunya. Sejak dilahirkan kedunia, Lisa tidak pernah mengenal keluarga lain selain Ayah dan Ibunya.

Itu aneh bukan?

Tapi itulah kenyataannya.

Gadis yang sedang memakai gaun berwarna merah terang dibawah lutut itupun berdiri seraya memperbaiki Cartwheel Hat dan menepuk sarung tangan renda berwarna hitam miliknya.

Ia pun berbalik dan pergi meninggalkan kedua makam itu.

Lisa bukanlah orang yang suka berbasa-basi dan berlama-lama disebuah kuburan. Meski ia merindukan kedua orang tuanya, Lisa tetaplah Lisa yang memiliki watak dingin.

Lim's Luxury Hotel | COMPLETE✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang