Jumpa lagi 👋
Happy Birthday Kid Leader 🥳
Ada yang menunggu cerita ini gak sih? Hehe;v
Mau ngomong aja. Buat kedepannya akan banyak chap buat flashback yang dahulu kala wehehe.
Sebenarnya aku bingung takut cerita ini ga sesuai ekspektasi para readers. Jadi kalo gak suka tinggal skip aja:')
Doain juga buat author, supaya sehat selalu. Belakangan aku sakit gigi dan yeah.. Jadi setiap mau ngetik ketunda terus. Yang pernah sakit gigi pasti tau lah ya.. Soalnya selama bertahun-tahun aku hidup, baru kali ini aku mengalami sakit gigi. Dan ternyata rasanya nano-nano.
Kok jadi curhat kekeke ㅋㅋㅋ
Happy Reading and Sorry For Typo
.
.
.
.
.#####
Flashback
Setelah Jessica tertidur, Yuri membuka matanya. Yuri tidak tidur sedari tadi dan dia mendengar semua ucapan Jessica.
"Aku tahu.. Kau dari awal hanya berniat membantuku sica. Kau tetap tidak ingin menerima uluran tanganku" ucap Yuri pelan.
"Yoong apa jessie baik-baik saja?" kali ini tiffany bertanya dengan suara beratnya.
"Eoh, secara fisik dia memang baik unnie, tapi sebagai orang yang mengenalnya cukup lama, wajah dingin itu hanya menutupi dirinya yang lemah"
Yuri mengingat kembali ucapan Yoona beberapa hari lalu. "Apakah yang dikatakan Yoona benar? Kau sangat terluka? Apa aku tidak bisa membantumu sica-yaa?"
Jari lentik Yuri mengusap pipi dingin Jessica. "Kenapa dirimu sangat sulit di tebak? Bahkan satu hari ini aku merasa kau sudah bisa menerimaku lagi. Tapi nyatanya.. Kau tetap ingin meninggalkanku" mata Yuri terlihat sedih dan kosong saat menatap Jessica yang terlelap.
"Apa ada sesuatu yang kau sembunyikan sica-yaa?"
"Katakan padaku? Apa dengan melepasmu pergi akan membuatmu bahagia? Walau aku tahu aku akan kesulitan bernafas setiap hari" Yuri mulai menangis sesekali menggigit bibirnya sendiri menahan isakan.
Yuri mempererat pelukannya. "Aniya, aku rasa merelakanmu pergi saja tidak akan cukup. Apa aku yang harus pergi?" dia mendongak menatap wajah Jessica yang damai dalam tidurnya.
"Aku rasa aku harus pergi. Antarkan aku dengan senyummu itu sica-yaa" ucap yuri lirih.
Yuri bertahan untuk terjaga meskipun kantuk sudah menguasai dirinya. Dia terus saja memeluk, mengusap atau menatap wajah Jessica.
"Bagaimana mungkin aku jatuh cinta denganmu berkali-kali? Jika ini bukan cinta. Kenapa aku seperti melepaskan ragaku saat melihatmu menjauh dariku terus menerus"
"Saat aku menyakitimu, aku rasa saat itu juga aku kehilangan hidupku. Bahkan ketika aku berusaha bahagia, kebahagiaan seperti selalu menjauh dariku"
Yuri melihat sekilas jam diatas nakas. Pukul 03.40 kst tertera dengan jelas disana.