Raffa duduk di kursi kebesaran Fatur. Cowok itu menaik turunkan alisnya seraya tersenyum, "Raffa tahu Raffa ganteng, please, Pa! Gengsi dong, masa Papa lihatin Raffa terus."
"Raffa, Papa minta kamu cek pembangunan sama Deva itu, kamu yang ngurus, bukannya malah Deva. Kamu diem di mobil, udah kayak supir tau, gak?"
Raffa bercerita pada Fatur soal pengecekan tadi. Raffa sengaja mengatakan itu agar ia terbebas dari pekerjaan kantor yang membuat otaknya mumet.
Kan siapa yang tahu Fatur menyerah dan membiarkan Raffa mencari pekerjaan sendiri.
"Wah boleh deh, Pa. Raffa gak papa jadi supir, tapi digaji, 'kan?"
Fatur menghela napasnya pelan, "Raffa, anak ganteng Papa, kamu itu udah besar."
"Akhirnya setelah sekian lama Papa muji Raffa ganteng. Udah gak gengsi lagi, pa?" tanya Raffa seraya tertawa.
"Jangan geer kamu, Raffa! Papa mau kamu ngerti, Papa gini juga buat kamu juga. Suatu hari nanti, kamu bakalan nikah, punya anak. Kalau kamu gini terus, anak kamu sama Isteri kamu mau kamu kasih makan apa?"
"Nasi."
Fatur mengusap wajahnya kesal. "Iya! Bener! Emang bener kasih makan nasi, duit buat beli berasnya dari mana?!" tanya Fatur yang terlampau kesal.
"Kerja, digaji, Papa kan mau angkat Raffa jadi supir."
Fatur menghela napasnya lagi. "Raf, Papa udah tua—"
"Allhamdulillah Papa sadar!"
"Arghh!" Fatur dengan gemas mengepalkan kedua tangannya di depan wajah Raffa.
Raffa beranjak, cowok itu menarik Fatur dan menyuruh Papanya duduk. Tangan Raffa tersimpan di pundak Fatur dan memijatnya. "Enak, Pa? Raffa bisa jadi apa aja, jadi OB bisa, jadi supir bisa, jadi Tukang Pijet juga Raffa bisa. Hebat kan?"
Raffa beralih memijat kepala Fatur.
"Iya, di situ." Fatur memejamkan matanya menikmati pijatan putranya.
Deva yang sedari tadi melihat perdebatan Raffa dan juga Fatur menggeleng pelan.
Ada-ada saja tingkah dua orang itu. Sebentar bertengkar, sebentar lagi akur. Aneh.
***
"Assalamualaikum, Lily … Main, yuk!"
Raffa berdiri di depan rumah Lily seraya mengetuk pintu.
Tak lama, pintu rumah Lily terbuka. Di depannya sekarang, ada Rizki—Papanya Lily yang berdiri menatap ke arah Raffa.
"Lo ngapain ke sini pake jas gitu? Mau pantomim?" tanya Rizki heran.
Raffa menggeleng, "Mau sulap."
"Oh, gak terima pesulap. Sana pulang." Rizki hendak menutup pintunya lagi. Namun, Raffa menahannya.
"Om! Raffa ke sini mau minta Lily lamar Raffa! Dia harus tanggung jawab, lihat perut Raffa buncit." Raffa mengusap perutnya sendiri.
Rizki melotot, tangannya refleks menyentuh perut milik Raffa. "Kamu hamil?"
"Bukan, Raffa kebanyakan makan tadi."
"Gak bagi-bagi. Lo tau? Di sini makan cuman nasi pake garem doang, Mamanya si Lily gak cari nafkah," ujar Rizki sedih.
Raffa tertawa, Raffa dan Rizki sudah cocok menjadi sepasang mertua dan menantu bukan?

KAMU SEDANG MEMBACA
Gengsi dong 2 [End]
Teen FictionIntinya ini kelanjutan cerita Gengsi dong! Ingin menikah, tapi belum punya modal. Si doi juga masih kuliah. Dipaksa jadi CEO, alhasil hobinya ngerusuh. Ini adalah kelanjutan kisah Raffa. *** "Heran gue sama lo, ngikut mulu gue pergi." "Kan gue the...