9. Tobat, yuk!
Raffa menghentikan mobilnya di depan halte Bus. Cowok itu menurunkan kaca mobilnya, kemudian menunduk menatap Deva yang tengah berdiri di sana.
"Ngapain di situ? Nyari Om?" tanya Raffa bercanda.
Deva tersenyum canggung. "Bapak ngapain berhenti di sini?" tanya Deva tanpa membalas pertanyaan ngaco yang Raffa lontarkan tadi.
"Isi bensin."
"Ya mau ngajak lo pulang lah! Ayo naik, udah sore," sambung Raffa.
Deva meringis mendengarnya. Gadis itu menggaruk tengkuknya sendiri, "P-Pak, kayaknya …."
"Kayaknya dari pagi sampai sore muka gue ganteng?" Raffa memotong ucapan Deva seraya tertawa.
"Ayo naik, cepetan!"
Deva akhirnya memilih masuk ke dalam mobil Raffa. Setelah itu, mobil melaju dengan kecepatan sedang.
Raffa menatap ponselnya yang bergetar menandakan ada panggilan masuk.
Cowok itu meraihnya kemudian mengangkat tanpa mengalihkan pandangannya ke arah jalanan.
"Hallo, apaan?"
"Gue di rumah."
"Gak nanya."
Dengusan di seberang sana terdengar sampai telinga Raffa. Raffa tertawa mendengarnya. "Iya-Iya terus?" tanya Raffa mulai serius.
"Lo di mana?"
"Hutan, cari musang."
"Ck! Gue serius."
"Gak mau gue diseriusin sama lo. Masih normal gue, gila aja!" pekik Raffa.
Deva sontak menatap ke arah Raffa kaget.
"Cepetan pulang."
"Kesannya gue kayak punya isteri gitu, ya. Ditungguin pulang, jadi pengen cepet-cepet nikahin Lily," gumam Raffa. Namun sayangnya, sambungan langsung diputus sepihak.
Raffa berdecak sebal. Cowok itu memilih fokus dengan jalanan lagi.
"Rumah lo di mana, Dev?" tanya Raffa.
"Belok kanan, Pak."
Raffa membelokan mobilnya. Setelahnya, Deva menyetop Raffa di depan gang perkampungan.
Deva tersenyum, "Makasih ya, Pak."
"Panggil gue Raffa, Deva."
"I-iya, makasih … R-Raffa," ujar Deva gugup.
Raffa mengangkat jempolnya. Setelah itu, Deva turun dan menunggu Raffa sampai cowok itu melajukan mobilnya.
***
"Bintang, Bro!" Raffa dan Bintang langsung berpelukan ala laki-laki.
Keduanya sudah sangat lama tidak bertemu. Ya, orang yang menelepon Raffa tadi adalah Bintang—Sepupu sekaligus sahabat Raffa sejak Kecil.
Bintang tinggal di Bandung, dan ini kali pertama Raffa dan juga Bintang bertemu lagi setelah sekian lama.
"Gimana? Udah punya calon Isteri lo?" tanya Raffa.
Bintang mengedikan bahunya tidak acuh. "Gue ketemu Crystal di Bandung beberapa bulan lalu, dia juga udah nikah sekarang. Gue juga ketemu Silva, ya … gitu deh, udah mau nikah juga dia."
"Muka doang ganteng, tapi sad boy. Eh, tapi masih gantengan gue. Gengsi dong masa gue kalah ganteng dari lo, gak banget!" Raffa melepas jas kerjanya sehingga tersisa kemeja berwarna putih dan juga dasi hitam yang menggantung di lehernya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gengsi dong 2 [End]
Fiksi RemajaIntinya ini kelanjutan cerita Gengsi dong! Ingin menikah, tapi belum punya modal. Si doi juga masih kuliah. Dipaksa jadi CEO, alhasil hobinya ngerusuh. Ini adalah kelanjutan kisah Raffa. *** "Heran gue sama lo, ngikut mulu gue pergi." "Kan gue the...