Bintang tersenyum kala melihat Deva yang mulai membuka matanya. Gadis itu mengerjap terlihat bingung.
"Apa kabar?" Bintang mengusap puncak kepala gadis itu dengan pelan.
Deva mengerutkan alisnya, tak lama setelahnya, ia tersenyum kala menyadari Bintang yang saat ini berada di sampingnya. "Baik," jawab Deva.
"Peluk?" Bintang merentangkan kedua tangannya pada Deva.
Deva ikut merentangkan tangannya dengan tubuh yang terasa begitu lemas. Bintang tersenyum dan memeluk Deva dengan erat. "I miss you, Dev," bisik Bintang seraya melayangkan kecupan manis di puncak kepala Deva.
"Kamu tidur lama banget."
"Oh ya?" Deva tertawa pelan mendengar suara Bintang yang terdengar kesal bercampur rasa bahagia.
Bintang semakin mengeratkan pelukannya. "Aku panggil Dokter, ya?"
"Iya."
Bintang melepas pelukannya. Setelah itu, ia memencet tombol emergency. Setelah itu, Bintang kembali duduk dan menggenggam tangan Deva, senyum di bibirnya tak luntur sama sekali. "Seneng?" tanya Bintang.
"Apa?"
"Seneng buat aku khawatir, hm?" Bintang mencium punggung tangan Deva berkali-kali.
Deva tertawa pelan. Sebenarnya, mereka memang sudah dekat diam-diam.
Bahkan, Bintang juga sempat mengajak Deva untuk datang ke pernikahan gadis yang pernah mengisi hati Bintang di Bandung.
Mulai saat itu, keduanya tak lagi canggung bercerita perihal kehidupan mereka.
Bintang secara terang-terangan mengatakan dirinya sudah dua kali ditinggal oleh gadis yang ia cintai setengah mati.
Begitupun dengan Deva, Deva juga menceritakan bagaimana kehidupan Deva perihal dirinya dan keluarganya.
Keduanya terlihat sama-sama kalem, jadi, mereka juga terlihat nyaman satu sama lain.
Tak lama, seorang Dokter datang menghampiri Bintang dan juga Deva.
"Kita periksa dulu, ya," ucap Dokter itu ramah.
Ia memeriksa keadaan Deva. Bintang masih tersenyum sangat lebar.
"Apa ada keluhan, Deva?"
Deva menggeleng sebagai jawaban. Setelah itu, Dokter tersenyum. "Kalau keadaan Deva sudah benar-benar pulih, Deva sudah diperbolehkan pulang. Tapi dengan syarat, jika ada keluhan harus langsung dicek dan jangan diabaikan, ya?"
"Makasih, Dokter."
Dokter tersenyum san memilih pergi meninggalkan Bintang dan juga Deva.
"Pak Raffa, keadaannya gimana, Tang? Udah bisa jalan?"
Bintang diam, berbicara soal Raffa, entah kenapa Bintang tidak rela jika Deva berdekatan dengan sepupunya itu.
"Raffa masuk rumah sakit lagi. Kemarin jatuh dari tangga. Kayaknya ngegelinding," jawab Bintang tersemat nada kesal di sana.
"Terus, keadaanya?"
"Belum sadar. Kemarin sempet dinyatain gak Papa, tapi pas malem waktu kamu operasi, Raffa drop lagi," jawab Bintang.
Deva yang melihat Bintang terlihat tak nyaman, terukur meraih tangan cowok itu dan mengusap punggung tangannya lembut. "Kenapa?"
"Apanya?"
"Kamu."
Bintang tak menjawab. Deva tertawa pelan, "Ada yang ngeganjel di hati kamu?"
Bintang akhirnya pasrah ketika mendengar nada lembut yang keluar dari mulut gadis itu. Bintang meraih cincin di saku celananya.
![](https://img.wattpad.com/cover/260108472-288-k421168.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gengsi dong 2 [End]
Fiksi RemajaIntinya ini kelanjutan cerita Gengsi dong! Ingin menikah, tapi belum punya modal. Si doi juga masih kuliah. Dipaksa jadi CEO, alhasil hobinya ngerusuh. Ini adalah kelanjutan kisah Raffa. *** "Heran gue sama lo, ngikut mulu gue pergi." "Kan gue the...