Dua

11.9K 2.3K 403
                                        

2.Tidack estetik

***

Raffa duduk di kursinya dengan dasi yang ia ikat di dahinya. Cowok itu tidak perduli dengan tatapan Client yang menatap aneh ke arahnya.

Dengan wajah songongnya, Raffa menatap pria paruh baya yang tengah berbicara dengan Papanya itu.

"Jadi fiks seperti itu aja ya, Pak?" kata Fatur.

Pria paruh baya itu mengangguk. "Iya, terimakasih untuk waktunya. Kalau gitu, saya permisi ya, isteri saya udah nunggu di kantor katanya."

"Setia banget ya isterinya, Om?" sahut Raffa.

Fatur menendang kaki Raffa di bawah sana. Raffa meringis, sedangkan pria paruh baya itu tertawa mendengar pertanyaan Raffa. "Iya, saya duluan semuanya."

"Hati-hati, Om!"

"Pa! Sakit nih kaki Raffa. Gimana, sih?" Raffa mengusap kakinya sendiri.

Cowok itu menatap ke arah Deva yang tertawa pelan. "Heh! Berani lo ngetawain gue? Gengsi dong, masa calon bos diketawain sama bawahannya. Lo—"

"Deva, tolong pesankan makanan," ujar Fatur cepat.

Raffa mendengkus kesal. Cowok itu beranjak, "Raffa mau ke toilet!" ujarnya ketus.

"Yaudah, Papa juga gak mau ikut, kok. Males banget."

"Siapa juga yang mau ngajak Papa? Gengsi dong."

Raffa berlalu pergi meninggalkan Fatur sendirian. Cowok itu masuk ke dalam bilik toilet.

Setelah membuang air Kecil, Raffa kembali keluar. Cowok itu menatap wajahnya di cermin. "Gila, ternyata bener kata Riffa."

"Gue mirip mr. Bean."

Raffa memilih mengacak rambutnya sendiri. Cowok itu menatap kembali pantulan wajahnya di cermin. "Nah kalau gini kan gue mirip Pak Tarno."

"Yo, dibantu ya dibantu. Prok-prok-prok, jadi apa?" Raffa bertepuk tangan seraya menirukan gaya pesulap Pak Tarno.

Cowok itu menggeleng pelan, "Gue lama-lama kayak orang gila ya?" gumamnya.

Raffa membasahi tangannya dengan air. Cowok itu merapikan rambutnya, ia mengedipkan matanya pada cermin di depannya.

"Gak nyangka gue ganteng kayak Aril Noah."

Raffa memilih keluar dari dalam toilet. Cowok itu melepas dasi di keningnya, kemudian memilih memasangnya pada kerah seraya berjalan.

Bruk!

"Heh! Ini siapa yang nyimpen meja di sini?!" Raffa mengusap lututnya yang terbentur meja.

Niatnya yang memasang dasi seraya berjalan kaki, ingin terlihat seperti hot CEO, ambyar sudah!

"Woi! Jalannya liat-liat dong. Untung minumnya gak tumpah kena laptop gue!"

Raffa mendongak, cowok itu yang awalnya melotot, perlahan tersenyum lebar. "BUNGA BANGKEE!" teriaknya tidak tahu malu.

Raffa menarik gadis itu berdiri, kemudian memeluknya. Ia mengajak gadis itu melompat-lompat dengan girang.

"Ih!"

Raffa menjauh kala tubuhnya di dorong. Cowok itu mencebikan bibirnya kesal, "Peluk lagi, kan lagi kangen." Raffa merentangkan kedua tangannya.

"Ogah! Gue udah bayangin pertemuan pertama kita itu romantis, lo ngasih gue surprise atau gimana. Ini malah ngerusuh, mana bikin malu lagi!"

Raffa mengambil Kopi di meja itu, ia meneguknya tanpa rasa malu. "Gak papa, limited edition."

Cowok itu tersenyum dan menaik-turunkan alisnya, "Gue udah lancar ngomong bahasa Inggris, kan?"

Gengsi dong 2 [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang