Setelah menengok Raffa tadi, Lily dan juga Raffa masih belum juga berbicara satu sama lain.
Keduanya seakan memilih bungkam atas semua permasalahan yang terjadi di antara mereka.
Sampai akhirnya Lily pulang pun, Raffa hanya merespon seadanya. Dan itu benar-benar menyakiti Lily.
Raffa yang biasanya selalu ribut dan tidak bisa diam jika bertemu Lily, kini berbanding terbalik.
"Makasih ya, Tang." Lily menyerahkan helmnya pada Bintang.
Bintang mengangguk. "Gue duluan. Besok gue jemput, Raffa katanya udah boleh pulang besok."
"Gue ada mata kuliah besok. Nanti gue nyusul aja," jawab Lily.
Bintang mengangguk, akhirnya ia memilih melajukan motornya meninggalkan Lily yang saat ini berdiri di depan gerbang rumahnya.
Lily menghela napas pelan. Gadis itu memilih berjalan memasuki rumahnya.
Saat membuka pintu, ia mendapati Mama dan juga Papanya yang sibuk menidurkan Billy.
Papanya yang menepuk bokong Billy, dan Mamanya yang menyumpali bibir Billy dengan dot berisi susu.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Yah, kita gak jadi ngerproses adik buat Lily sama Billy. Padahal satu pengacau udah tidur, yang satu malah pulang," ucap Rizki kesal.
Ivi menyentil bibir Rizki dengan gemas. Bisa-bisanya Rizki berkata begitu di depan putrinya.
"Raffa gimana, Ly?" tanya Ivi.
"Ada. Di kartu keluarga Mahendra, Raffa masih anaknya Om Fatur," jawab Lily.
Gadis itu memilih mencium punggung tangan Ivi dan Rizki secara bergantian. "Lily ke atas, ya," pamitnya.
Setelahnya, Lily memilih menaiki satu persatu anak tangga. Hal itu, sontak membuat Rizki tersenyum, pria itu dengan segera menggendong Ivi dan menciumi wajahnya. "Ayo, Sayang."
"Apaan sih?! Turunin gak?! Gue getok, nih!" ancam Ivi.
Biarkan dua pasutri itu. Kita kembali ke Lily yang saat ini sudah berada di kamarnya.
Gadis itu duduk di atas kasur, kemudian, tangannya terulur mengambil sesuatu di dalam tasnya.
"Kak Deva," gumam Lily.
Flashback On.
"Tang, gue mau ke toilet dulu, ya. Lo duluan aja."
"Oh? Gue tungguin, sekalian gue mau ke luar dulu beli sesuatu dulu. Nanti gue tunggu di lorong, deh."
Lily mengangguk, gadis itu akhirnya memilih masuk ke dalam toilet rumah sakit untuk membuang air kecil.
Setelah selesai, Lily keluar.
"Lily, ya?"
Lily menoleh, gadis itu mengerutkan alisnya kala mendapati seorang gadis yang mungkin beberapa tahun lebih tua darinya.
Bukan itu, tapi Lily ingat siapa dia.
Deva.
"Iya? Kak Deva, kan?" tanya Lily.
Gadis itu tersenyum dan mengangguk. Wajahnya terlihat sangat pucat, ya … walaupun tertutup oleh make up tipis yang menyamarkannya.
"Boleh bicara sebentar?"
Lily mengedarkan pandangannya mencari Bintang. Namun, Bintang belum juga datang. Akhirnya, Lily mengangguk. "Oke, boleh."
Deva tersenyum, gadis itu mengajak Lily untuk duduk di sebuah kursi. "Raffa Sayang banget sama kamu, Ly," ucap Deva tanpa basa-basi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gengsi dong 2 [End]
Fiksi RemajaIntinya ini kelanjutan cerita Gengsi dong! Ingin menikah, tapi belum punya modal. Si doi juga masih kuliah. Dipaksa jadi CEO, alhasil hobinya ngerusuh. Ini adalah kelanjutan kisah Raffa. *** "Heran gue sama lo, ngikut mulu gue pergi." "Kan gue the...