Insiden

10.2K 716 36
                                    

Happy reading-!
Budayakan vote komen ya

Typo bertebaran 🍁
.
.
.
.
.

Kriiing kriiing kriiing

Bel istirahat telah berbunyi. Para siswa-siswi berlarian keluar kelas menuju kantin. Mereka sudah seperti setan kelaparan. Berlarian di koridor dan cepat-cepat menuju kantin agar tidak kehabisan meja.

Begitupun dengan dua anak yang menjadi murid baru pagi ini. Mereka membereskan alat tulis sebelum keluar menuju kantin.

Mereka berjalan beriringan di koridor. Para siswa-siswi yang berada di koridor menatap mereka dengan iri,kagum,dan sinis. Para kaum hawa menatap sinis Xabila yang bisa berjalan bersama dengan es balok itu.

Sampai di kantin,mereka mencari meja yang kosong. Tepat di pojok kantin,tersisa dua meja kosong. Mereka berjalan kesana dan duduk di salah satu meja itu.

"Lo mau apa?" tanya Alarez.

"Bakso, es teh," Alarez mengangguk lalu pergi ke stand makanan untuk membeli pesanan Xabila.

Sambil menunggu makanannya datang,Xabila memainkan ponselnya. Lebih tepatnya mengecek e-mail yang masuk dari perusahaannya.

Xabila berhasil mendirikan sebuah perusahaan. Sesuai dengan impiannya. Meskipun baru menduduki peringkat tujuh,ia tetap bersyukur. Ia berjanji untuk bekerja lebih keras hingga perusahaan miliknya mencapai peringkat satu.

Saat Xabila tengah fokus dengan ponselnya,lima orang remaja mendatangi dirinya.

"Wih cewek cantik nih. Murid baru neng?" Xabila hanya melirik saja. Setelah itu mengacuhkannya.

"Eh buset gue dicuekin," ujar remaja tadi. Mereka duduk di meja yang sama dengan Xabila tanpa ijin. Xabila membiarkan saja. Toh tak ada gunanya ia menegur mereka.

"Nama lo--" sebelum remaja tadi menyelesaikan ucapannya,Alarez datang dengan membawa nampan berisi makanan milik Xabila dan dirinya sendiri.

Xabila mengucapkan terima kasih pada Alarez lalu memakan makanannya dengan tenang. Seolah mengacuhkan keberadaan lima remaja tadi.

Begitupun Alarez. Ia hanya santai dan menikmati makanannya. Seolah-olah hanya ada dirinya dan Xabila di meja itu.

Salah satu dari kelima remaja tadi menatap dalam Xabila. Matanya tak pernah lepas dari liontin yang dipakai Xabila.

"Apa itu dia?" batinnya. Ia melirik sekilas wajah datar Xabila. Xabila merasa,namun ia hanya acuh.

Setelah semua yang ada di meja itu selesai makan,mereka mencoba berbincang sebentar. Oh tepatnya hanya Desga dan Farhan.

"Ekhem,neng cantik kiw," goda Farhan pada Xabila.

"Kenalan yuk!" Farhan mengedipkan matanya genit. Xabila yang melihat itu bergidik ngeri. Lain halnya dengan Alarez,ia memasang wajah marah melihat gadisnya digoda oleh orang lain. Tunggu,gadisnya?

Sejak kapan sang es batu mengklaim Xabila menjadi milik nya?

"Fuckboy!" judes Xabila. Farhan memasang wajah dramatisnya. Namun tak dihiraukan.

The Mask (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang