Insitut Teknologi Massachusetts

11.1K 793 18
                                    

Jalan di kota Cambridge terlihat licin, Bau khas hujan masih tercium. Para pejalan kaki terlihat memakai jaket tebalnya.

Di sebuah hotel mewah,sepasang anak manusia belum keluar dari kamarnya. Mereka masih tertidur lelap tanpa tahu bahwa jam sudah menunjukkan angka tujuh.

Karena pagi ini cukup mendung,matahari tidak menampakkan diri. Jadilah kedua manusia itu terlambat bangun. Namun bunyi alarm yang kencang membangunkan salah satu manusia tersebut.

Gadis itu mengerjapkan matanya pelan. Menyesuaikan dengan cahaya. Ia melirik ponselnya yang terletak di nakas. Ia mengambil ponsel itu lalu membuka lockscreen ponsel. Betapa terkejutnya ia bahwa jam sudah menunjukkan pukul tujuh.

Beruntung dia mengambil libur sehari sebelum berangkat kuliah. Kalau tidak,sudah pasti ia akan mendapat hukuman dari dosen sekaligus cibiran tak berfaedah dari para mahasiswa.

Lantas ia beranjak dari kasurnya dan pergi membersihkan diri. Tak butuh waktu lama,gadis itu sudah kembali segar dengan pakaian casualnya.

Rambut panjangnya ia kuncir kuda memperlihatkan leher putihnya. Ia memakai jepit rambut untuk menjepit poninya.

Ia berjalan keluar kamar dan masuk ke dalam kamar yang berada di depannya. Tanpa mengetuk pintu ia langsung masuk begitu saja.

Saat masuk,hal pertama yang dilihatnya adalah seorang remaja yang tengah tertidur pulas. Bantal gulingnya berada di sisi kasur. Sebelah kaki remaja itu menggantung ke bawah.

Gadis itu menarik napasnya dalam-dalam lalu berteriak guna membangunkan sang empu.

"ALAREZ BANGUUUUUN!" sang remaja yang tertidur pulas tadi lantas membuka matanya karena terkejut. Matanya melotot menatap Xabila yang tengah cekikikan. Alarez mendengus malas.

"Bangun buruan!" Alarez berdecak kesal.

"Mau ngapain sih pagi-pagi gini?" tanya Alarez. Tangan pemuda itu mengacak-acak rambutnya.

"Mata lo pagi! Liat noh jam lo,udah jam setengah delapan anjir," kesal Xabila.

"Ck,ya udah iya," Alarez beranjak dan pergi mandi. Sementara Xabila,gadis itu bermain ponselnya dengan rebahan di kasur Alarez.

Tak lama kemudian,Alarez sudah terlihat segar. Dia memakai kaos hitam dan celana jeans yang sobek di bagian lutut.

"Mau kemana sih?" Xabila mematikan ponselnya dan menghadap Alarez.

"Cari sarapan lah," Alarez mengangguk lalu memakai alas kakinya. Setelah itu ia mengambil ponselnya di nakas,dan menggandeng tangan mungil Xabila.

Mereka berdua berjalan ke luar. Tak lupa Alarez mengunci pintunya. Mereka turun ke lobby menggunakan lift. Di dalam lift hanya ada mereka berdua.

Ting!

Lift sudah berhenti. Mereka berdua pun keluar. Melanjutkan jalannya. Di depan hotel,mereka memutuskan untuk mencari taksi saja.

Mereka akan pergi ke restoran,karena mereka sedang tidak ingin sarapan di hotel. Saat menuju hotel,hanya diisi keheningan. Tak ada yang membuka pembicaraan di dalam taksi itu. Sang sopir pun hanya diam dan sesekali melirik mereka berdua dari spion.

Sampai di restoran,mereka langsung turun dari taksi. Tak lupa untuk membayarnya. Setelah itu mereka masuk dan memesan makanan.

###

Jakarta, 13:15 WIB

Siang ini cukup terik. Panasnya suasana di ibukota tetap membuat jalanan padat. Sekelompok pemuda bermotor sport mengendarai motornya dengan ugal-ugalan. Tak peduli akan umpatan yang diberikan para pengguna jalan.

The Mask (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang