Balas Dendam

6.2K 481 24
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

Gadis bernama Calista Fredelia ini,tengah memegang segelas wine di tangannya. Sesekali ia nampak menggoyangkan gelas itu.

Tatapan matanya seperti kosong. Namun tidak dengan otaknya. Bayangan ketika ia bekerjasama dengan seorang gadis itu melintas seketika. Hal yang sangat disayangkan,partner Calista telah berpulang ke rumah Tuhan.

Calista meletakkan wine itu. Ia membuka ponselnya dan mencari sebuah foto. Ketemu!

Foto itu merupakan Calista dengan partnernya,Febiola. Febi? Masih ingatkah kalian dengan Febi? Gadis yang ternyata adik kandung dari mantan anggota Carberus,yaitu Raffi.

Febi meninggal karena siksaan kejam yang diberikan oleh Clarke. Meskipun bukan dengan tangannya sendiri,namun dirinya berhasil membuat Febi kehilangan nyawa.

"Sayang banget lo udah mati. Padahal kita bisa manfaatin mereka," decak Calista pelan.

"Eh tapi,kalo misal lo ada,malah mempersulit rencana gue dong,"

"Secara ya,lo itu beban!"

Calista menghapus foto itu. Seolah ia jijik untuk melihat wajahnya. Ia meletakkan ponselnya ke dalam tas. Berdiri lalu meninggalkan bar dengan selembar uang yang ia letakkan di atas meja.

Saat ini Calista akan menuju mansion Lawrence. Mansion keluarganya Fabian. Entah apa tujuannya kesana.

Calista memerlukan waktu selama 15 menit untuk sampai ke mansion Lawrence. Setelah membayar taksi, dirinya segera masuk. Kebetulan,gerbang mansion tidak tertutup. Memudahkan Calista untuk masuk ke halaman mansion.

Orang tua Bian yang kebetulan sedang berada di latar pun terkejut dengan kedatangan Calista yang secara tiba-tiba. Bahkan mereka pun heran,darimana kah gadis itu bisa masuk?

"Hai tante,om," sapa Calista sok akrab.

Papa Bian hanya diam dan membaca koran. Mama Bian menatap Calista dari atas sampai bawah.

"Lawrence tak menerima tamu jalang!" sarkas mama Bian.

Senyuman Calista memudar. Tangannya mengepal erat di sisi tubuhnya. Ia harus menahan emosinya,atau kedoknya akan terbongkar dengan cepat.

"Tante kok gitu? Aku kan cuma mau ketemu Bian," balasnya menyendu.

"Alasan!" sambar papa Bian.

"Om,aku kan gak ada salah apa-apa loh," protesnya.

"Hilih bicit! Gak ada salah matamu! Gue tau ya,penyebab hancurnya persahabatan antara abang gue sama sahabatnya,itu ulah lo," sahut Tessa yang tiba-tiba berada di samping papanya.

The Mask (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang