www

6.7K 840 186
                                    

1k words kan lumayan panjang, wajar saya misuh-misuh 🙂

Dengan ingatan yang tersisa, selamat membaca


...

Yoshi baru balik dari dorm yang lain, melihat persiapan adik-adiknya yang lain untuk pulang. Begitu masuk, ia bisa mendengar suara cempreng Junkyu yang melengking dari kamar Haruto. Tanpa niatan menggubris keduanya, Yoshi berjalan masuk, matanya kemudian terarah pada Hyunsuk yang sedang memeluk ruru di sofa. Mata yang tertua masih sibuk fokus pada ponselnya.

"Hyung.."

Hyunsuk buru-buru menoleh, lalu tersenyum manis hingga matanya tak lagi nampak, hanya lengkungan sabit di wajah mungilnya. Yoshi mengambil tempat di samping hyungnya itu.

"Yoo yoshii.." meskipun wajahnya tampak imut, tapi gaya bicaranya tetap swag.

"Haruto sama Junkyu masih berantem?" Tanyanya lagi. Pasalnya sejak ia meninggalkan dorm, mereka memang sudah bertengkar, tidak.. bahkan dari pagi.

"Iya.." Jawab Hyunsuk lagi. Sementara sekarang tangan Hyunsuk digunakan untuk mengusap seluruh wajah ruru yang terasa lembut.

"Terus ruru kenapa ada disini?" Tanya Yoshi melihat ruru yang sedang bersama Hyunsuk. Tumben, apa dia sudah bosan sama chili.

"Engga baik buat anak-anak lihat orangtua berantem." Jawab hyungnya lagi. Terdengar bijak, namun kekanakan juga di satu waktu.




====





Sejak pagi, tanpa sebab yang kompleks Junkyu terus marah-marah. Seperti wanita yang sedang datang bulan. Dan yang jadi korban jelas Haruto, karena Yoshi terlalu perfect tanpa celah untuk jadi korban, dan dia masih ingin hidup dengan tidak mencari masalah dengan Hyunsuk.

Mulai dari, ia akan marah ketika seseorang menghabiskan cola miliknya yang ada di kulkas, tentu saja pelakunya Haruto. Hingga Haruto sampai repot-repot pergi ke konbini untuk meredakan omelan hyungnya, detik itu juga jam 8 pagi. Padahal saat cola-nya sudah ada Junkyu tidak langsung meminumnya, karena masih pagi katanya. Haruto masih sabar saat itu.

Lalu hyung-nya kembali berulah di siang hari. Ketika Haruto selesai makan, tapi piring dan gelasnya masih berserakan di ruang tamu. Oke, itu salahnya. Ia hanya ingin menunggu makanannya turun dulu sambil bermain game. Tapi hyungnya lebih dulu berceloteh ribut, memaksanya bangun untuk membereskan dan mencuci perabotan bekas ia makan. Haruto masih sabar, dengan diam mencuci piring, bahkan sampai repot-repot mengelap meja dengan kain basah padahal tak ada jejak makanan tersisa. Gapapa, biar hyungnya seneng.

Hingga detik di saat ia benar-benar geram, di malam hari dan besok ia harus kembali ke Jepang tapi Junkyu masuk ke kamarnya dan mempermasalahkan bantal miliknya yang katanya bau keringat Haruto. Heol, padahal dia wangi. Jangan tanyakan kenapa di bantal Junkyu bisa tercium bau miliknya.

Silahkan pikirkan sendiri.

"Astaga tinggal diganti sih hyung sarung bantalnya."

"Tapi aku baru ganti kemarin."

Haruto langsung beranjak bangun, merebut paksa bantal di tangan Junkyu, menyemprotkannya dengan parfum miliknya sebanyak mungkin. Lalu kembali meletakannya paksa di tangan Junkyu. Junkyu mengerutkan keningnya melihat bantal miliknya, aroma citrusnya menguar bahkan dari jauh. Junkyu pusing mencium baunya, aromanya terlalu kuat. Bagaimana kalau setiap malam dia jadi memimpikan Haruto.

Junkyu menggertakan giginya kesal, menatap Haruto yang sekarang sudah kembali merebahkan diri dengan nyaman di atas kasur sambil memainkan ponselnya. Junkyu melangkah naik ke atas kasurnya, menarik paksa ponsel ditangan Haruto, mengamankannya agar tidak cedera.

HRKY AT DORMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang