CHAPTER 04

748 101 4
                                    

[your name]

"Hamada Asahi? Apa alasan kau pindah kemari? Di sini hanya tertulis 'karena alasan khusus'. Boleh saem tahu apa yang sebenarnya menjadi alasanmu berpindah sekolah?" tanya Jisoo Saem.

"Mmm... Saya–"

"Jika kau tak bisa mengatakannya, tidak masalah. Kau bisa mengatakan pada guru konseling nanti pada saat jam pelajarannya. Saem ingin kau berbagi cerita jika memang itu membuatmu tidak nyaman dan gelisah. Cobalah terbuka, itu akan mempermudah urusanmu kedepannya. Mari saem antar ke kelas barumu. Ikuti saem, ya," ucap Jisoo Saem. Asahi hanya mengangguk dan mengikuti langkah Jisoo Saem.

Jisoo Saem berhenti di depan pintu sebuah kelas. Ia menatap Asahi sejenak untuk meyakinkannya. Jisoo Saem mengangguk ke arah Asahi. Asahi membalasnya dengan menunduk sopan. Kelas yang awalnya agak bising pun senyap seketika setelah mendengar suara pintu di buka. Semua mata tertuju pada Jisoo Saem.

"Jisoo Saem? Mapel pertama kan bukan sastra korea, saem," ucap Jihoon.

"Memang bukan, Jihoon. Saem ingin mengenalkan kalian pada siswa baru di semester ini. Masuklah," Jisoo Saem menatap Asahi yang masih berdiri di luar kelas. Asahi mendongakkan kepalanya dan melangkah masuk ke dalam kelas.

"Perkenalkan dirimu," perintah Jisoo Saem. Asahi mengangguk kecil.

"Halo semuanya. Namaku Hamada Asahi, pindahan dari sekolah di luar kota. Aku harap kalian bisa membantuku. Semoga kita bisa akrab, terimakasih," Asahi mengakhiri perkenalannya dengan membungkukkan badan.

"Hai, Asahi."

"Hallo, Asahi. Kau sangat tampan."

"Wajahnya sempurna."

"Kau lihat kulit putihnya?"

"Dia sangat tampan."

"Baiklah tenang semuanya!" ucap Yedam Sang Ketua Kelas.

Berbagai desas-desus teman sekelasnya bergantian memasuki telinga Asahi. Ia senang melihat antusias teman-teman barunya. Ia harap mereka akan seperti ini seterusnya.

Jisoo Saem hanya menggelengkan kepalanya melihat kericuhan ini. Namun mata beliau tertuju pada seorang laki-laki yang tengah menyenderkan kepalanya di atas meja.

"YOON JAEHYUK!" teriak Jisoo Saem kesal. Ia berjalan ke bangku Jaehyuk duduk.

Jaehyuk tak berkutik. Ia masih diam dan tak merespon. Jisoo Saem memukul meja dan sukses membuat Jaehyuk terperanjat hingga terjatuh dari kursinya. Seisi kelas tertawa. Jaehyuk menunduk karena marah.

"Lain kali jika kau hanya sekolah untuk tidur, saem tak segan melaporkanmu kepada ayah dan ibumu. Mereka yang memiliki sekolah ini tak berarti kau bisa berbuat sesukamu, Jaehyuk. Lihatlah, kau merusak citra kelasmu sendiri di depan siswa baru itu," omel Jisoo Saem.

"Asahi, kau bisa duduk di sebelah Jaehyuk. Saem yakin kau anak baik. Semoga kau bisa menanganinya," lanjut Jisoo Saem. Asahi mengerutkan keningnya. Jaehyuk? Tampak familiar. Ia mendekat ke arah bangku Jaehyuk. Ia membelalakkan matanya.

"Saem pamit dulu. Sembari menunggu guru mapel, jangan membuat keributan. Mengerti?"

"Mengerti, saem," jawab mereka serentak. Jaehyuk menatap Jisoo Saem kesal. Ia berusaha berdiri namun terlihat kesulitan. Ia mengetahui ada seseorang yang berdiri mematung di hadapannya.

"Hei, bantu aku berdiri," Jaehyuk mengulurkan salah satu tangannya tanpa melihat orang di depannya. Asahi dengan cepat menarik Jaehyuk untuk membantunya berdiri.

"Terima kasih," ucap Jaehyuk sembari melihat orang di depannya secara kilas.

Tunggu. Sedetik kemudian Jaehyuk kembali melihat Asahi. Ia membulatkan matanya dan terdiam cukup lama. Asahi yang merasa diperhatikan hanya duduk dalam keadaan canggung.

"Kau? Kau yang aku tolong waktu itu kan?" tanya Jaehyuk sembari kembali duduk di bangkunya. Asahi mengangguk sebagai jawaban.

"Dan aku belum tahu namamu. Siapa namamu?" tanya Jaehyuk. Asahi hanya menunjukkan name tag yang tergantung di dada kirinya. Asahi.

"Kau diet berbicara atau bagaimana?" Jaehyuk sangat kesal. Lagi-lagi Asahi hanya menggeleng. Kemudian ia menatap Jaehyuk sembari menunjuk ke depan kelas dengan dagunya. Jaehyuk mengikuti arah yang ditunjuk Asahi. Ternyata sudah ada guru yang masuk ke kelas mereka. Jaehyuk hanya diam lalu menidurkan kepalanya, lagi. Asahi melirik Jaehyuk sekilas. Ia tak habis pikir dengan laki-laki yang ada di sebelahnya ini.

Asahi menyenggol tangan Jaehyuk berkali-kali dengan sikunya. Namun Jaehyuk sama sekali tak berkutik. Asahi menyadari bahwa sedari tadi Mino Saem memperhatikan mereka. Sebuah ide terlintas di dalam benak Asahi. Ia mengikuti Jaehyuk, menyandarkan kepalanya dan berpura-pura tidur.

/CTAR!

Sebuah penggaris sepanjang satu meter sengaja dipukulkan ke meja Asahi dan Jaehyuk. Keduanya terperanjat. Kedua tangan Asahi gemetar, ia merasakan panas di sekujur tubuhnya karena gugup. Sedangkan Jaehyuk menyenderkan punggungnya di kursi yang menandakan bahwa ia malas jika akan diceramahi nantinya.

"Kalian kira kelasku ini kelas apa, huh?" bentak Mino Saem.

"Maafkan kami, saem," Asahi menunduk berkali-kali kepada Mino Saem.

"Kudengar kau siswa baru di sini? Beraninya kau? Kau ingin mengikuti kepribadian orang di sebelahmu itu?" Mino Saem menunjuk Jaehyuk dengan penggaris panjangnya.

"Tidak, saem. Sungguh. Kami minta maaf," tubuh Asahi sedikit bergetar.

"Berlari keliling lapangan 40 putaran. Sekarang!"perintah Mino Saem. Sontak kedua mata Asahi membelalak.

"T-tapi saem–"

"Tidak ada tapi-tapian!" Mino Saem memotong ucapan Asahi.

Asahi gelagapan. Jaehyuk yang berada di sampingnya hanya menurut dan beranjak dengan wajah malas. Ia menarik lengan Asahi untuk ikut dengannya. Ia membawa Asahi ke toilet untuk berganti baju.

"Membantahnya hanya akan memperpanjang masalah, kau tahu? Jadi lebih baik melakukannya," ucap Jaehyuk sembari membuka kemejanya. Ia tak pernah mengancingkan seragam sekolahnya itu. Dan selalu memakai kaus untuk dalamannya.

"Kau tidak mau berganti baju olahraga?" tanya Jaehyuk saat menyadari bahwa Asahi hanya mematung di tempatnya.

"Kau sendiri?"

"Aku terbiasa seperti ini. Kau belum mendapat seragam olahraga ya? Maka ikuti aku saja," ucap Jaehyuk santai.

"Tapi aku tak membawa kaus," Asahi berdecak.

Jaehyuk membuka lokernya. Ia mengambil sebuah kaus berwarna putih dan melemparkannya ke arah Asahi. Lebih tepatnya ke wajah Asahi.

"Pakailah itu. Aku akan menunggumu di tepi lapangan. Bergegaslah," ucap Jaehyuk yang kemudian meninggalkan Asahi. Kaus Jaehyuk masih menutupi wajah Asahi. Ia menghirup aroma dari kaus Jaehyuk. Lavender. Asahi menyukai baunya.

***

Asahi segera menuju lapangan bola. Ia tak tahu lapangan bola sekolah ini sangatlah luas, seperti lapangan bola pada stadion. Asahi tidak percaya diri bahwa ia sanggup untuk lari sebanyak 40 putaran. Ia hanya beharap agar tidak pingsan saat ia berlari nanti. Cuaca hari ini sangatlah terik. Begitu menyebalkan bagi Asahi.

"Apa kau hanya akan diam berdiri di sana?" pertanyaan Jaehyuk membuyarkan lamunan Asahi.

"Ah, baiklah," Asahi menuruni anak tangga dengan sedikit berlari. Ia tak begitu memperhatikan. Kaki kanannya terjegal oleh kaki kirinya sendiri.

/GREB

Jaehyuk menangkap tubuh mungil Asahi. Tangan Asahi tak sengaja menyentuh dada Jaehyuk, ia bisa merasakan degup jantung Jaehyuk. Sangat cepat. Asahi menahan nafsnya. Mata mereka bertemu, Jaehyuk menatap manik mata Asahi sangat dalam. Asahi memiliki mata yang indah. Sangat cantik dan berkilau bak mutiara. Ditambah dengan lens-nya yang berwarna biru langit. Mata Jaehyuk menurun hingga bibir berwarna pink milik Asahi. Dari mana Tuhan datangkan malaikat tampan ini? Mimpi apa Jaehyuk semalam?

- TBC -

voment juseyo

JAEHYUK'S | Jaesahi ft. Harukyu [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang