[nickname]
"HEI MANIS!"
"Kau gila?! Kau hampir saja membuat jantungku copot," ucap Junkyu kesal.
"Begitukah?"
"Terserah kau saja," Junkyu menaiki bus diikuti oleh Haruto.
"Untuk dua orang," serobot Haruto. Junkyu menatapnya sinis. Bus berjalan.
"Kau ada acara sepulang sekolah? Tidak ada? Syukurlah, berarti kita bisa berkencan. Ah menyenangkan sekali. Setelah berpikir dengan pelajaran tak berguna di sekolah, aku bisa pergi kencan denganmu," ucap Haruto tanpa jeda.
"Bagaimana bisa kau memutuskan hal ini sendiri? Kau gila?" tanya Junkyu kesal.
"Hmm?" Haruto mengangkat satu alisnya
"Setelah kau kemarin mencium pipiku dan pergi begitu saja? Cih, kau kira itu sopan Tuan Watanabe?" Junkyu menekan kata Tuan Watanabe.
"Begitu ya? Apakah aku kurang sopan? Baiklah, lain kali aku akan menunggumu untuk membalas ciumanku," Haruto terkekeh. "Ah, apa kau mau membalas ciumanku yang kemarin?" goda Haruto.
"Hei! Kau sudah tidak waras ya?!" Junkyu menggerutu.
"Baiklah, cium di sebelah sini," Haruto mendekatkan pipinya ke arah Junkyu.
Junkyu justru menampar Haruto pelan. Sama sekali tidak menyakitkan bagi Haruto. Namun Haruto memiliki ide licik.
"Aduh! Ah, sakit sekali. Tamparanmu terlalu keras, Kim Junkyu. Kau hampir membuatku menitikkan air mata. Ini benar-benar sakit dan panas," rengek Haruto. Junkyu tidak menyangka tamparannya akan sekeras itu, menurutnya.
"EH? Maaf, ah, aku benar-benar minta maaf, Haruto," Junkyu panik.
"Bagian mana yang sakit? Biarkan aku melihatnya," Haruto menunjukkan pipinya sambil berlagak kesakitan.
Junkyu mengelus pipi Haruto dan meniupnya pelan.
"Aduh, bagaimana ini? Kita cari kompres untukmu ya setelah ini? Ya Tuhan bagaimana ini?" Junkyu hampir menangis.
"Junkyu," ucap Haruto sedih /yang ia buat-buat.
"Hah, iya? Ada apa, Haru? Kau merasakan sesuatu? Kau mau apa?" tanya Junkyu panik. Mungkin ia akan segera meneteskan air matanya. Haruto menahan gemas sedari tadi.
"Aku ingin ini," Haruto menyentuh bibir Junkyu dengan jari telunjuknya.
"Untuk mencium pipiku yang baru saja kau tampar," lanjutnya.
"T-tapi ini di bus. Mereka akan melihat kita," tolak Junkyu, dengan masih panik.
"Aku akan menangis kalau tidak," Haruto memasang wajah sedihnya, lagi.
"A-a, b-baiklah. Tapi kau harus menutup matamu," ucap Junkyu.
"Baik, Tuan Kim," Haruto tersenyum dan mengarahkan pipinya ke arah Junkyu.
Cup!
Junkyu mencium pipi Haruto. Itu membuat pipi Junkyu memerah. Ia malu sekaligus gugup karena ini pertama kalinya ia mencium seorang namja (laki-laki), bahkan yeoja (gadis) pun tidak pernah.
"Hehe, terima kasih. Rasa sakitnya sudah hilang," ucap Haruto.
"B-benarkah? Apa ciuman sekuat itu untuk menyembuhkan rasa sakit? Aku tidak pernah tahu," gumam Junkyu namun masih dapat didengar jelas oleh Haruto. Ia menahan tawanya.
"Ya, benar. Apalagi jika itu ciuman darimu. Jadi, mulai sekarang jika aku sakit, ciumlah aku ya? Pasti aku akan sembuh," Haruto meyakinkan Junkyu.
"Begitukah? Baiklah kalau begitu, aku akan menciummu nanti jika kau kesakitan lagi. Tapi, aku tak mengharapkanmu sakit," Junkyu yang polos.
KAMU SEDANG MEMBACA
JAEHYUK'S | Jaesahi ft. Harukyu [END] ✓
Fiksi Penggemar"K-kau yang membunuh kedua orangtuaku?" "Sudah kubilang kan Asahi?" "Tidak, Asahi. Kau harus mendengarku dulu." Jaehyuk tak pernah bermaksud untuk membunuh orang tua Asahi. Jaehyuk juga hanya melakukan pembelaan diri. Ia menatap Doyoung penuh amarah...