3

5.4K 841 17
                                    

"Event 17 Agustus udah H-14. Gue harap kerjasamanya ya guys," ucap sang ketua osis, Mark. "Sekretaris, pastiin semua murid udah ikut lomba. Kalo ada yang nggak mau, paksa aja. Pastiin pas hari-H juri-juri dateng. Kesenian dekor ruangan-ruangan yang bakal dipake buat lomba."

Heejin dan Hyunjin mengacungkan jempolnya.

"Untuk humas, pastiin sponsor udah setuju semua. Jangan lupa bagiin pamflet ke kelas-kelas." Mark melirik Baejin dan Minhee di sudut ruangan.

"Udah siap, bang," kata Minhee mantap.

Mark mengangguk. "Bendahara dan kewiraswastaan, pastiin booth-booth udah siap dan duit udah pas. PubDok, jangan lupa post foto 17 Agustus di Instagram. Pas hari-H ambil foto yang banyak, upload."

Beberapa murid serempak mengangguk.

"Semangat, guys." Mark beranjak dari kursinya. "Oh iya, PubDok gue mau ngomong bentar."

Guanlin meneguk ludahnya. "Kenapa bang?"

"Lo berdua kenapa berantem mulu, sih? Lo pikir gua nggak denger dari ruangan sebelah?" Mark mengeluarkan unek-uneknya yang sudah dipendam dari lama. "Ini udah 5 bulan, gua liat lu berdua nggak pernah akur."

"Guanlin ga jago ngambil gambar. Blur mulu. Mana kalo ngedit dibikin jadi dark. Dikira bagus, padahal kaga."

"Kak Renjun bikin feed Instagram ga rapi. Base Twitter kita juga banyak yang ngelanggar rules, tapi dibiarin aja."

Renjun dan Guanlin mengatakan itu hampir berbarengan.

"Feed Instagram selalu rapi ya, tolol. Twitter juga yang ngelanggar rules tweetnya udah gue hapus."

"Gue jago foto. Gue menang lomba fotografi, orang-orang bilang editan gue bagus. Lo aja sirik."

"Menurut gue editan lo sampah."

"Menurut gue lo brengsek."

"DIEM!" Mark menggebrak meja.

Renjun dan Guanlin berjengit.

"Gue nggak ngerti masalah lu berdua apaan. Tapi kalo sebelum hari-H masih gini-gini aja, kalian terpaksa gue kurung di gudang."

"Nggak mau."

"Ogah."

"Balik ke ruangan lo, besok rapat jam 12."

***

Sampai di ruang komputer, Guanlin langsung memojokkan Renjun ke dinding. "Sekali lagi lo ngomong tentang foto-foto gue, besok lu nggak napas."

Renjun tertawa kencang, sengaja dibuat-buat. "Try me, Lai."

Guanlin mencekik leher Renjun tanpa aba-aba. Yang lebih tua meninju dada Guanlin.

Saat keduanya sama-sama kesakitan, mereka berhenti bertengkar dan duduk dengan napas terengah-engah di lantai.

Renjun yang duluan beranjak. "Besok ketemu di lapangan, setelah sekolah."

***

PubDok | GuanrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang