17

3.2K 493 7
                                    

Hari-hari berikutnya, Renjun dan Guanlin diminta untuk pergi ke kantor polisi sebagai saksi. Keenam anak yang melukai mereka sudah dibawa ke pusat rehabilitasi, dan keduanya bisa melanjutkan sekolah seperti biasa.

Suatu hari, Renjun bertanya kepada Mark dan Lia bagaimana mereka bisa menemukan dirinya dan Guanlin.

"Gue tetanggaan sama Alin," jawab Lia sambil tersenyum.

Renjun merasa bersalah karena tidak pernah mengetahui fakta tersebut. Selalu Guanlin yang pergi kerumahnya, dan tidak pernah sebaliknya.

"Jadi ya... gue tau kalo malem itu Guanlin keluar, dan dia belom balik sampe besok paginya. Orang tuanya panik, nyariin. Gue inisiatif ke rumah lo. Nyari CCTV sampe kerumah-rumah tetangga biar tau anak-anak itu ngebawa lo kemana," lanjutnya lagi. "Tapi gue nggak bisa berangkat sendiri. Akhirnya gue telpon Mark karena bapaknya polisi, terus dibawain deh pasukan buat nyelamatin lo sama Alin."

Renjun semakin merasa bersalah.

Menyadari ada yang tidak beres dengan ekspresi Renjun, Lia menepuk-nepuk bahunya. "Alin sayaaaaaang banget sama lo. Di masalah ini, yang salah anak-anak itu, bukan lo. Jangan merasa bersalah, Jun, because you did nothing wrong. Gue pergi dulu."

***

"Sini madep gue." Guanlin menepuk pipi Renjun.

Renjun bergeming, memilih tetap membaca bukunya dan mengabaikan Guanlin. Kini, keduanya sedang berada di rumah Guanlin. Renjun berjanji ia akan sering mengunjungi rumah kekasihnya itu setelah pembicaraannya dengan Lia dan Mark tempo hari.

"Sayang, sini madep aku."

"Ck, bentar dulu. Nezha lagi minta maaf sama Rin." Renjun menyipitkan matanya. "Anjaaay, Rin maafin Nezha." Ia bergumam pelan.

Guanlin memeluk Renjun, mengusakkan wajahnya ke leher yang lebih tua. "The poppy war  lebih seru, ya, dari pada gue."

"Hm? Iya." Renjun menaruh bukunya. "Lu kenapa jadi clingy gini, anjiir. Aneh banget."

"Emang salah gue clingy?"

Renjun berpikir. "Enggak sih."

Terjadi keheningan beberapa menit setelah itu.

"Lin, gue mau ngomong." Renjun membenarkan posisi duduknya, lalu mengangkat dagu Guanlin hingga tatapan keduanya bertemu. "Gue... minta maaf."

Guanlin menaikkan alisnya. "For what?"

"For everything."

Beberapa detik tidak mendapat jawaban, dan Renjun terkejut saat Guanlin mempertemukan kedua bibir mereka.

Saat membuka mata, netra Renjun bertemu dengan kedua manik Guanlin.

"This whole event was done by?"

Renjun menghembuskan napasnya, "them. Tapi gue yang waktu itu nelpon lo. Gue yang waktu itu nyuruh lo dateng ke rumah gue."

"Dan siapa yang waktu itu memilih untuk tetap dateng ke rumah lo despite all of its  consequences?"

Renjun kembali menghembuskan napas, "kamu."

Guanlin mengelus rambut Renjun seraya berkata, "see? None of this was your fault. Those kids get everything they deserve dan kita disini harus bahagia."

Renjun tetap diam.

"I love you." Guanlin mengecup kening Renjun.

"I love you too," Renjun perlahan tersenyum.

"Stop blaming yourself?" Guanlin mengangkat kelingkingnya ke arah Renjun.

Renjun mengangguk lalu mempertemukan jari kelingkingnya ke milik Guanlin.

***

PubDok | GuanrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang