12

3.5K 606 13
                                    

Sama seperti dugaan Renjun, foto-fotonya dengan Lucas yang sedang berpelukan ditempel di dinding-dinding sekolah.

Tapi Guanlin, pacarnya, tidak punya waktu untuk peduli. Saat ia pergi ke sekolah, wajah Renjun babak belur. Ia menyeret sang pacar ke UKS, menyuruhnya duduk di atas kasur sementara Guanlin mengambil kotak P3K.

"Ini lo beneran tau cara ngobatin gue?" tanya Renjun.

Guanlin mendesah, "gini-gini juga gua anak PMR pas SMP dulu, kak. Percaya aja sama gue."

Renjun terkekeh, "iyaa."

"Ouch." Renjun meringis pelan saat Guanlin memeriksa lukanya. "Pelan-pelan, Guanlin!"

"Ini udah pelan-pelan, tapi sakitnya emang gini." Guanlin tersenyum.

"Menurut lo, gue ngelaporin anak-anak itu apa enggak, Lin?" Tanya Renjun.

"Laporin."

"Rada sepele nggak, sih, cuma masalah gini doang..."

"Kalo sepele, kenapa lo babak belur?" Guanlin menempelkan plester terakhirnya.

Renjun mengedikkan bahu. "Gue males ngurusin anak-anak itu."

"Udeh, laporin aja. Entar gue cariin cctvnya," kata Guanlin.

"Lo nggak usah ikut-ikut."

"Nih, ya, kak. Gue tanya." Guanlin berdeham. "Mereka ngelabrak lo karena nggak suka ngeliat lo sama gue, iya kan?"

Renjun mengangguk.

"Berarti gue punya hak untuk ikut campur, karena gue-lah alasan mereka mukulin lo." Suara Guanlin mengecil.

Renjun menatap Guanlin lama sebelum menjawab, "oke. Lo ngasih bukti cctvnya ke gue, terus gue yang laporin semua kasusnya ke sekolah."

"Oke." Guanlin mengangguk setuju.

"By the way." Renjun meraih tangan Guanlin. "Gue udah nggak pernah ngehubungin Kak Lucas lagi."

Guanlin menatap kedua bola mata Renjun. "I know." Ia mengusap tangan yang lebih tua. "Yang berlalu biarlah berlalu. Yang penting lo sekarang sama gue."

Renjun mengangguk. "Oke. Makasih..."

Setelah beberapa detik, Guanlin mendekatkan dahinya ke dahi Renjun. "Kak, gue mau janji."

Renjun tertawa, lalu melingkarkan tangannya ke leher Guanlin. "Janji aja."

"I'll protect you." Guanlin mencium dahi Renjun. "As long as we're together."

***

Besoknya, foto-foto di dinding itu sudah dicopot. Anak-anak yang melabrak Renjun sudah tidak pernah terlihat lagi di kawasan sekolah.

"Kok lu bisa sih?" Guanlin bertanya ke Renjun. Mereka berdua sedang merapikan blog sekolah di ruang komputer. "Kayak... Mereka menghilang. Anak-anak itu."

"Ya... gitu lah." Renjun menjawab. "Ceritanya panjang. Kesimpulannya sih, mereka dikeluarin dari sini."

Guanlin mengacak-acak rambut Renjun, "keren banget pacar gue." Ia mengambil mouse dan mendrag beberapa item ke blog.

Menyadari ada yang salah, Renjun memukul lengan yang lebih muda. "Alin, lu salah ngedrag foto..."

Alih-alih logo sekolah mereka, di blog, terpampang jelas foto Guanlin yang sedang bermain gitar. "Oh iya, hehehe..."

"Ha he ha he," cibir Renjun.

Setelah mengedit blog, siang itu mereka habiskan dengan bermain friv, dengan selingan kata-kata umpatan saat mereka kalah bermain.

***

PubDok | GuanrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang