16

2.8K 489 5
                                    

Saat terbangun, Guanlin berada di rumah sakit. Ia lalu berusaha untuk duduk, dan mendapati kedua tangannya diperban.

"Udah bangun lo?"

Guanlin menoleh kesamping. "Kak Mark? Kak Renjun mana?"

Mark menahan hasrat untuk tidak berkata, gue yang nganter lo ke rumah sakit, anjir. Hargai kek. Tapi ditahannya karena Guanlin terlihat ingin menangis. "Minum dulu," ia menyodorkan akua gelas.

Guanlin mengerjap, lalu menerima akua tersebut.

"Gue keluar dulu." Mark beranjak dari kursinya dan pergi kedalam ruangan.

Lalu Renjun masuk ke dalam ruangan, dan ia langsung memeluk Guanlin.

"Are you okay?" Renjun bertanya.

"No."

Renjun melepas pelukannya.

Jika Guanlin lihat, keadaan Renjun tidak jauh berbeda dari pada dirinya. Yang lebih tua diperban di kepala dan tangan. "Kamu diapain sama mereka?" Ia bertanya.

"Digores." Renjun melihat tangannya. "Untung gue nggak meninggal. Lo?"

Guanlin mengangguk. "Sama aja." Ia membuat gestur agar Renjun duduk. "They should've died."

Renjun mengelus rambut Guanlin yang berantakan.

"Gue cuma bawa sial doang bisanya, kak. You deserve someone better," kata Guanlin.

"Merendahkan diri lo nggak akan bikin perubahan apapun," kata Renjun. "Ini bukan kesalahan lo, anyways. Anak-anak itu aja yang anjing."

Guanlin meraih tangan Renjun, lalu mendekatkannya ke dada. Ia lalu tersadar akan sesuatu. "Kak, perempuan yang waktu itu ada di rumah lo...?"

"Bude gue," jawab Renjun. "Udah siuman dari kemarin. Beberapa orang mukulin dia. Mungkin fisiknya akan sehat beberapa bulan lagi, tapi secara mental, I don't think she's okay."

Guanlin mengangguk.

Sunyi yang menenangkan lewat diantara mereka untuk beberapa saat, sebelum pintu kamar terbuka lebar.

Anggota OSIS masuk satu persatu sambil membawa keranjang buah-buahan. Yang pertama membuka suara adalah Baejin. "Tumpahin tehnya dong, guys. Ada apaan nih kok ngilang sampe dua hari??? Sampe diperban lagi???"

Karina memutar kedua bola matanya. "Let the men breathe," ia menaruh keranjang buahnya, memukul bahu Baejin pelan, lalu menghampiri Guanlin dan Renjun.

"Kalian nggak apa-apa?"

Guanlin dan Renjun mengangguk. Sisa siang itu dihabiskan dengan anak-anak OSIS yang meminta penjelasan tentang hal yang terjadi, dan Mark yang berusaha memakan semangkanya dengan tenang.

***

PubDok | GuanrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang