6

4.3K 731 45
                                    

"Halo." Renjun melambaikan tangannya ke arah Guanlin. Yang lebih muda mengenakan kaos putih agak tembus pandang, celana jeans hitam, dan sepatu sneakers.

Ini pertama kalinya Renjun melihat Guanlin memakai baju selain seragam. Ia lupa seberapa rupawan adik kelasnya itu.

"Hi." Guanlin tersenyum.

Perjalanan hari itu dipenuhi dengan rintik hujan yang turun membanjiri seisi kota.

Saat tiba di gramedia, Guanlin dan Renjun langsung berpencar, mencari buku yang diinginkan masing-masing. Saat kembali berkumpul, mereka mengantre di kasir.

"Liat deh." Guanlin menunjuk ibu dan anak yang sedang berbaris didepan mereka. "Lo anaknya, gue ibunya, kak."

"Kenapa?"

"Kan lo pendek."

"Anjing!" Renjun menjitak kepala adik kelasnya itu. Guanlin tertawa kencang.

"Mau makan apa?" tanya Guanlin saat tawanya mereda. "Please do not pull a 'terserah' card, ya."

"Terserah."  Renjun menahan tawanya saat melihat Guanlin memijat pelipisnya. "Ya udah deh, mekdi aja."

"Nggak ada mekdi disini, kak." Guanlin menghela napas.

"Ya udah, sushi?"

"Gue nggak suka."

"Terus lu maunya apaan, dek."

Gaunlin berpikir sebentar, lalu tersenyum. "Ikutin gue."

***

"Gila sih, lu tau gue banget." Renjun tertawa saat ia melihat banner bertuliskan 'pecel lele mang udin'.

"Ohhh, ya jelas dong." Guanlin menepuk-nepuk dadanya.

Mereka berdua memesan 2 pecel lele dan nasi, lalu mulai mengobrol tentang apapun.

Kenapa Renjun baru sadar ia senyaman ini berada di dekat Guanlin? Kenapa dulu mereka bahkan menghabiskan waktu untuk berdebat dan bertengkar?

"Kak?" Guanlin melambaikan tangannya di wajah Renjun. "You okay?"

"Oh." Renjun tersadar dari lamunannya. "Iya, kenapa?"

"Jadi..."

Renjun tidak benar-benar memerhatikan apa yang dibicarakan pemuda itu. Tapi mungkin, mungkin saja, ia sudah jatuh lebih dalam.

***

PubDok | GuanrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang