4/Romantic.

124 21 2
                                    

Selamat membaca💜

🌻🌻🌻

"Hati-hati." ujar Lira masih menatap Andra yang siap akan pergi.

Keduanya diam beberapa saat, hari ini mungkin mereka bersama dalam jangka waktu lumayan lama, menghabiskan waktu berdua sepulang sekolah, berbicara banyak hal, dan mungkin ada sedikit tawa didalamnya.

Namun Lira sama sekali tidak merasakan senang, ada sesuatu yang masih mengangganjal dihatinya. Namun selama dia bersama Andra, pun dia tidak banyak mengatakan apa-apa.

"Apa?" tanya Lira peka saat Andra masih menatapnya.

"Gak, masuk gih."

Lira mengangguk samar, dia masih ingin bersama Andra, sebenarnya bisa saja dia menawarkan Andra untuk sekedar mampir dulu ke rumahnya, namun dia urung mengatakannya.

Andra tahu Lira ingin berujar sesuatu, pun dirinya seperti itu. Tapi kenapa sulit sekali mengatakannya?

"Dra," panggil Lira, Andra menoleh dan kini berjalan menghampiri gadis itu.

Keduanya berhadapan, bertatap mata langsung. Tidak ingin berpisah sekarang, mereka masih butuh waktu lama lagi untuk bersama. Namun itu tidak mungkin karena hari sudah gelap.

Andra menghela napas sebelum berbicara.

"Gue minta maaf ya,...buat hari ini."

Tepat setelah Andra mengatakannya, Lira justru memeluk cowok itu. Dia ingin mengutarakan isi hatinya, namun tetap saja mulutnya bungkam tak mau bicara.

"Kenapa gue sulit banget nerima lo Dra? Padahal gue cinta sama lo. Dan kenapa gue juga sulit bilang 'iya'?"

Andra diam, membalas dekapan Lira.

"Apa memang gue sama lo gak--"

"Kenapa lo bilang gitu? Gak ada yang tau nantinya Lira. Lo inget apa yang lo bilang sama gue pas  di toko buku? Mungkin gue harus berjuang lagi, mungkin gak sekarang kita bersama."

Andra membalikan fakta, hati dan pikirannya tidak sinkron. Iya, mungkin dia berpikir seperti itu, namun jauh dalam lubuk hatinya dia ingin bersama Lira dengan status jelas.

"Masuk sana, udah malem."

Lira melepaskan diri, menatap Andra sendu.

"Besok...gue boleh jemput lo?"

Lira mengangguk seraya tersenyum tipis. Andra membalasnya dengan senyuman juga, cowok itu mengacak pelan rambut gadis itu, lalu berjalan mundur menuju motornya. Setelah mengenakan helm dan duduk di motor, sebelum pergi dia menatap Lira kembali.

"Salam buat orangtua lo, gue pulang."

Lira mengangguk kecil, lalu tangannya melambai saat motor Andra melaju pergi dari depan rumahnya.

Lira menghela napas gusar, hari ini terasa sulit baginya. Dia memutuskan berbalik masuk ke dalam rumah.

"Tadi siapa? Pacar ya?"

Lira terlonjak menemukan kakaknya yang baru saja muncul dari balik pintu. Gadis itu berdecak kecil.

"Ngagetin aja!" sebalnya.

"Andra atau Wily?"

Lira menatap tidak minat kakaknya.

"Apasih? Cuma temen." jawab Lira malas.

"Iya, tapi siapa? Tumben lo pergi sama cowok sampe malem gini gak izin. Gue bilangin mama lo ya," tanya Neo sekaligus mengancam.

Lira mendengus. "Dibilang temen juga. Dan asal kakak tau gue udah izin sama Mama."

My Boy FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang