34- Telat.

65 9 3
                                    

Selamat membaca 💜

Setelah dari toko buku keduanya tidak langsung pulang, melainkan menunggu Anna balik lagi yang katanya sopir yang menjemputnya kecelakaan, Anna dengan khawatir datang ke rumah sakit, dan syukur sopir hanya mengalami luka ringan saja.

Gadis itu kembali ke toko buku dengan tergesa, masih memakai seragam sekolah lengkap.

"Makasih ya," ucapnya pada Lira yang sudah menunggunya hampir setengah jam.

"Sama-sama. " Balas Lira ramah.

Pandangan Anna teralihkan ke Andra. "Makasih banget ya Dra, udah jagain Ara." ujarnya.

Karena Anna hampir tidak tenang menitipkannya pada Andra. Dia tahu Andra tidak menyukai Ara, makanya Anna tidak tenang. Meksi tahu Andra tidak akan melakukan apapun ke Ara.

Andra mengangguk singkat. Bahkan saat Anna pamit cowok itu tak bersuara sama sekali. Menampilkan kesan dingin yang membuat Lira heran.

"Lo kenapa sih? Dingin banget sama Anna." heran Lira.

"Gue kenapa?" Andra malah balik tanya.

Lira menghela. "Ya mana gue tau lo kenapa,"

"Ayo pulang."

Andra sudah berdiri, lalu berjalan dahulu membuat Lira mendengus.

.
.
.

Lira membuka lembar demi lembar buku tebal di hadapannya dengan malas. Matanya mendadak jadi berat begini jika harus di suruh membaca materi-materi, padahal kalau disuruh baca novel dia paling semangat.

Aneh memang, Lira saja gak tau kenapa.

"Gitu dong belajar yang rajin, entar kalo nilai lo tinggi gue restuin deh lo sama Andra, gimana?"

Lira jadi menoleh, mengerjap malas menatap kakaknya yang baru saja pulang.

"Bodoamat!"

Lira tidak peduli, yang dia inginkan sekarang hanya rebahan. Tiduran bermain ponsel.

"Yaudah, jangan dipaksa kalo gak niat. Gak bakal masuk otak nanti." tutur Neo, laki-laki itu sudah berjalan menaiki tangga.

Kepala Lira jadi menoleh spontan. "Tumben banget ngomong gitu? Biasanya juga  cerewet kalo gue gak mau belajar."

"Dibaikin gak mau, terserah lo sih."

Lira manyun, dia jadi terdiam. Benar juga kata kakaknya, lagian dari tadi belajar yang ada dipikiranya hanya rebahan dan rebahan.

Lira membanting pulpen, menutup buku tebal itu lalu menaiki sofa, tiduran sambil buka hp.

🌻🌻🌻

"Cepetan! keburu guru liat."

"Lo gila!! Ini tinggi banget!"

"Kan ada tangga Lira!"

"Gue takut!"

Apip menghela napas, dia yang tadinya sudah naik tangga kini turun lagi.

Dia menatap Lira sebal.

"Lama-lama gue tinggal beneran lo,"

"Ya jangan lah!"

Apip menghela napas lagi. Matanya mengedar mencari cara lain agar bisa masuk ke dalam area sekolah tanpa harus naik tangga kayu yang entah sengaja di taruh sini.

"Biasanya para cowok juga bolos lewat sini." ujar Apip.

"Kok lo tau?"

"Ada tangga, udah pasti buat bolos."

My Boy FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang