6/Pacar atau teman?

120 24 6
                                    


Selamat membaca 💜

.
.
.

Lira merutuki dirinya sendiri, harusnya tadi dia tidak usah meminta Andra untuk membantunya. Karena apa yang dilakukan cowok itu sekarang membuatnya deg-degan setengah mati.

"Gue tonjok lo! Liat aja!"

Lira masih memaki cowok itu, hingga sampai di UKS pun dia meminta Andra untuk segera pergi. Toh disini masih ada petugas PMR, lagipula jika berada di dekat cowok itu Lira masih saja kelihatan salah tingkah akibat tindakan Andra tadi yang menggendongnya tiba-tiba.

"Lo sakit aja masih ngomel, cerewet banget."

Andra bergumam pelan, tapi karena posisi mereka sangat dekat Lira dengan jelas mendengarnya bahkan saat Andra mendudukan dirinya di sebuah kursi di uks.

"Ya itu kan gara-gara lo!"

"Emang gue salah apa?"

Lira melotot, dia hampir menarik jambul cowok itu jika saja seorang siswi yang sepertinya anak PMR tidak muncul tiba-tiba di belakang Andra.

Andra yang sadar keberadaan siswi tersebut lalu berbalik.

"Pas banget, tolong ya obatin kaki pacar gue. Tadi jatuh, kayaknya kakinya keseleo terus juga lecet dikit." ujar Andra pada anak PMR itu yang di balas dengan anggukan.

Lira menganga sembari melotot tajam mendengar ucapan Andra.

"E-enggak, gue bukan pacar dia! Dia aja cowok gila yang ngaku-ngaku pacar gue!" sanggah Lira cepat saat anak PMR itu menatapnya.

"Kan mulai, udah biar gampang sebutnya. Gak usah cerewet, yang ada nanti lo nyusahin dia, lo duduk aja, biar dia obatin lo." ucap Andra, Lira akan menendangnya tapi Andra keburu mengindar.

"Kasar banget," gumam Andra. "Gue keluar dulu, baik-baik lo disini." lanjutnya seraya menepuk pelan kepala Lira, cowok itu juga tersenyum ke arahnya sebelum keluar dari ruangan uks.

Andra cowok gila!

Tapi,..dia kenapa bisa baper cuma karena perlakuan cowok itu padanya??

"Kak, kok mukanya merah? Sakit banget ya?"

Lira tersentak mendapati siswi itu sedang menatapnya, dia memegang kedua pipinya sendiri yang memanas.

Sial.

"I-iya, sa-sakit banget."


🌻🌻🌻

"Awas deh, gue bisa sendiri!"

Lira masih kekeuh untuk memaksakan berjalan sendiri. Kakinya tidak sesakit tadi, sudah lumayan buat jalan. Tapi tetap saja dia harus berpegangan sesuatu, jaga-jaga saja jika tiba-tiba dia kehilangan keseimbangan.

"Keras kepala. Kalo lo jatuh lagi gue gak akan nolongin lo." ucap Andra final. Melipat kedua tangannya di dada.

Lagian kenapa sih Lira menolak mentah-mentah bantuannya?

"Gak perlu bantuan lo, pergi aja sana."

Andra menghela napas mendengarnya. Daripada mereka berdebat terus Andra memilih mengalah, berdiam diri saja memerhatikan Lira dari belakang gadis itu, sampai Lira meminta bantuannya.

"Kak, kok pacarnya gak dibantu cuma diliatin doang? Kasian kak, kakinya pasti masih sakit."

Andra terkaget dengan kedatangan siswi tadi yang membantu Lira mengobati lukanya. Cowok itu berdehem pelan sebelum menjawab.

"Dia gak mau." jawab Andra. Pasti siswi ini mengiranya dia tidak peka, padahal kan Lira sendiri yang menolak bantuannya.

"Paksa dong kak, jadi cowok itu yang peka."

My Boy FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang