10/ Pilihan sulit.

95 22 5
                                    

Selamat membaca 💜.

.
.
.




"Misi-misi, gue mau lewat!"

Aldo menerobos masuk diantara teman-temannya yang sedang piket membuat mereka menatap kesal pada Aldo.

Mereka berangkat bersama, dan saat Andra akan melangkah masuk Rangga tiba-tiba merangkulnya dari belakang membuat Andra hampir saja oleng.

"Tuh anak pasti belom ngerjain pr," ujar Rangga.

"Tau dari mana lo?"

Rangga berdecak, mereka mulai berjalan memasuki kelas. Dan benar saja, Aldo sudah duduk anteng seraya fokus menyalin jawaban milik teman kelas mereka.

"Kan, gue bilang apa. Dia tuh-"

"Bisa minggir?"

Rangga terdiam tak melanjutkan ucapannya saat kini Lira berdiri di hadapan keduanya.

Dia sempat menatap Andra dan Lira bergantian, namun yang ditatap hanya saling diam.

"Silakan," Rangga menarik Andra minggir, mempersilakan Lira berjalan keluar karena sekarang mereka masih berada di didepan pintu.

"Dih, apaan si lo? Gak gentle banget jadi cowok," Rangga mendorong bahunya, Andra hanya diam diperlakukan seperti itu.

Dia...pengecut. Iya nggak sih?

Sudah tahu Lira menjauhinya, tapi tetap saja berdiam diri dan tidak ada usaha untuk menjelaskan kesalahpahaman dirinya dan juga Anna. Dan lagi, Andra bahkan tidak mencari tahu apa yang membuat gadis itu semakin menjauh dan terkesan perang dingin dengannya.

"Lo kalo cinta sama dia, kejar, jangan cuma diem liat dia ngejauh dari lo gitu. Bahkan kalo gue liat dia terkesan benci sama lo."

Rangga tak berniat menyindir, Andra tahu. Tapi...omongan temannya itu membuatnya tersindir.

Tanpa berkata apapun Andra berbalik, berniat mengejar Lira yang barusan keluar seorang diri, meninggalkan Rangga yang menggeleng tak habis pikir melihatnya.

Masih ada waktu 10 menit sebelum bel masuk, itu artinya Lira hanya berpergian sekitar lantai 2 ini, tidak mungkin gadis itu ke lantai satu yang naik tangganya saja memakan waktu.

"Bye, gue pinjem ya!"

"Sip!"

Dan saat Lira akan berbalik, tiba-tiba...

Bruk!

"Sorry."

Detik itu juga, Lira merasa dunianya berhenti, tatapan teduh itu kini menatapnya. Dan jika cowok itu tak segera memutuskan kontak mata, bisa dipastikan Lira akan terbengong entah sampai kapan.

"Sekali lagi, sorry. Gue gak liat lo," ujarnya.

Lira tertegun beberapa saat sebelum kesadarannya kembali.

"O..oh, iya."

"Btw, tadi Andra nyari lo," Wily menunduk sesaat, mengambil buku milik Lira yang terjatuh akibat keduanya bertubrukan.

Jika kejadian ini terjadi disaat dia menyukai Wily dulu sudah pasti Lira akan berjingkrak senang. Namun sekarang ini semua terasa dejavu, saat pertama dia melihat Wily ini yang dia rasakan. Rasanya dunianya berhenti dan hanya terfokus pada Wily saja.

Lira menerima buku itu dari Wily, dan tepat setelah cowok itu pergi, sosok Andra muncul di belakang Wily. Yang entah kenapa Lira sedikit melebarkan matanya kaget melihat keberadaan cowok itu.

My Boy FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang