18/Pupusnya harapan.

72 13 2
                                    

Selamat membaca 💜

maaf banyak typo...

Semuanya terlambat, Andra melepaskan perlahan buket bunga ditangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Semuanya terlambat, Andra melepaskan perlahan buket bunga ditangannya. Dadanya terasa dihantam sesuatu, sakit sekali. Dia diam membeku, dunianya seakan terhenti.

Detik ini, harapan bisa mengobrol dengan sang Mama, berbincang kecil dengan rasa rindu yang memupuk di dada kini pupus sudah.

Andra tidak berhak mengusik mereka, bahkan untuk sekedar bertemu sang Mama dan memberikan bunga dihari ulang tahunnya ini.

"Selamat ulang tahun Ma," ujarnya tersenyum kecut, menatap sendu buket bunga yang sengaja dia belikan khusus untuk sang Mama.

Dia ingat dulu saat ulang tahun Mamanya, dia selalu memberikan bunga ini. Menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun dan memeluknya.

Andra rindu.

Andra meletakan bunga itu di kursi tunggu dekat ruangan. Membiarkan orang-orang didalam sana bercanda tawa merayakan ulang tahun sang Mama.

Lebih baik dia mundur, kembali ke kehidupan nya selama ini tanpa sang Mama. Iya, mungkin itu yang terbaik.

Andra mengendarai motor dengan laju cepat, berharap rasa perih dihatinya tentang hal tadi akan sirna seiring angin malam menerpanya.

Keadaan rumah sepi saat dia kembali. Karena tadi, setelah mengantarkan Lira pulang dia langsung ke rumah sakit setelah sebelumnya membeli buket bunga tadi. Namun sekarang buket bunga itu tidak sampai pada tangan seseorang yang dia harapkan menerimanya. Andra tersenyum pahit mengingatnya.

"Dari mana?"

Andra menoleh singkat pada seorang pemuda yang kini duduk di sofa.

"Mama." jawabnya singkat.

"Jangan kesana gue bilang,"

"Nggak akan." Andra tidak tahu apakah dia bisa berjanji, namun...rasanya sulit.

"Hari ulang tahunnya-"

"Terus? Lo berharap kita juga ngerayain dan ngasih selamat ke dia?" tanya sarkas remaja berusia 16 tahun itu.

Dia adik laki-laki Andra yang sekarang masih duduk dibangku SMP.

Andra terdiam. Adiknya masih membenci orang yang pernah mereka panggil Mama sampai sekarang.

"Dia masih orang tua kita." tegas Andra.

"Orang tua mana yang rela ninggalin anaknya dan nikah lagi? Dia udah bahagia, lo maupun gue gak ada hak lagi buat ganggu dia." ujarnya tegas.

Andra yang semula sudah akan pergi kini berbalik mendengar ucapan adiknya.

"Gue maupun lo masih ada hak buat jengukin dan ketemu dia. Dia masih orang tua kandung kita."

Pemuda jangkung yang berstatus adik Andra itu berdiri. Menatap kakaknya lurus.

"Sejak kapan lo perhatian ke dia? Gue udah bilang jangan kesana kak! Dia udah bahagia sama keluarga barunya! Lo harus sadar diri kalo lo dan gue bukan lagi-"

My Boy FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang