🐈🐈🐈
Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan akhirnya Rangga tiba di tempat tujuannya, yakni tempat tinggalnya. Sebuah rumah yang bisa dikatakan mewah, dengan gerbang yang menjulang tinggi nan besar dan terdapat plang berukuran 30×40 cm di depannya yang bertulisan 'Rumah ini dijual, hubungi nomor yang tertera'.
Rangga memang sudah berniat untuk menjual rumahnya, tapi nyatanya sampai sekarang tidak ada yang berniat membeli rumah itu karena kalo ada ... mungkin sekarang Rangga sudah menerima telpon dari si pembeli dan mendapatkan uang untuk memenuhi kebutuhan sandang dan pangan-nya.
Menatap papan itu dengan gusar, Rangga memutuskan mencopot papan itu dan membawanya masuk ke dalam bersama dirinya. Agaknya Rangga akan tinggal lagi di rumahnya ini kalau tidak ada yang mau membelinya, lagipula sayang kalau tidak ditinggali.
Rangga masuk melewati gerbang yang ia buka dan berjalan menyusuri pekarangan rumahnya. Bangunan besar mewah dua lantai di depannya itu masih sama seperti pertamakali ia tinggalkan, hanya saja tumbuhan di samping rumahnya itu layu mungkin karena tidak ada yang merawat, lantainya pun sedikit kusam penuh debu. Rumahnya nampak tak terawat.
Rangga menghela napas panjang dan bergumam, "Welcome Rangga."
Sambil tersenyum getir, lantas kakinya melangkah menapaki lantai kumuh itu untuk selanjutnya membuka pintu yang sebelumnya ia buka kuncinya terlebih dahulu.
Rangga menyalakan lampu untuk menerangi seisi rumah agar terlihat jelas karena hari pun sudah sore dan langit perlahan menggelap. Isi rumah itu pun juga masih sama, tidak ada satu pun yang bergerak barang se-inci dari tempatnya. Kesepian begitu melekat, biasanya kalau Rangga pulang ke rumah pasti selalu mendapati Bi Ina yang sedang menyiapkan makanan untuk keluarganya makan malam, sedangkan mama dan papanya akan duduk santai di sofa sembari menonton tv.
Di dapur minimalis yang hanya di batasi oleh mini bar untuk memisahkan antara dapur dan ruangan tv itu, Rangga merindukan momen itu. Namun sekarang tidak ada lagi momen Bi Ina sedang memasak, tidak ada lagi makan bersama, tidak ada lagi mamanya, tidak ada lagi papanya ... hanya Rangga sendirian.
"Rangga kangen mama sama papa," ucap Rangga dan tanpa permisi air matanya lolos mengalir di pipi mulusnya.
Sungguh tak pernah terbayang dalam benaknya akan kehilangan orang yang ia sayangi secepat ini, bahkan mendapat kutukan ini pun Rangga tak pernah menyangka-nya. Sebenarnya, apa yang salah sampai dirinya dikutuk seperti ini? tidak cukup kah dengan kepergian kedua orang tuanya?
"Apa akhirnya gue bakalan jadi manusia setengah kucing selamanya?" tanyanya pada diri sendiri, jelas Rangga tidak akan menemukan jawabannya.
Rangga sudah berusaha mencari cinta sejatinya seperti yang sudah dikatakan untuk menghilangkan kutukannya, tapi kenyataannya tidak akan ada yang mau padanya apalagi kondisinya yang sudah menjadi manusia tidak normal seperti sekarang? bahkan Anes, gadis yang ia yakin adalah cinta pertamanya dulu, tidak sedikit pun tertarik padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mister Kucing [SUDAH TERBIT]
FantasyFOLLOW JUSEYEO! Anes itu tidak suka kucing, tapi rumahnya selalu didatangi hewan satu itu. "Ma, ada kucing!" teriak gadis itu nyaring. Suaranya menggelegar di penjuru rumah. "Dek, itu cuma kucing loh." Rika --mama Anes-- sudah jengah dengan anak sem...