Tadi pagi ada kendala jadinya updetnya di majuin jadi malem );
Happy reading (;
Typo bilang ya my (;🐱🐱🐱
Anes berjalan gontai masuk ke rumah, tubuhnya sudah basah kuyup akibat hujan-hujanan. Yah, mau bagaimana lagi, Anes suka sekali bermain dengan air hujan, mau tidak mau Rika lah yang repot menyiapkan kebutuhan anaknya itu, mulai dari handuk, air hangat untuknya mandi, dan pakaian ganti.
"Kamu tuh jangan keseringan main hujan, mama cape siapin keperluan kamu." Rika mulai mengoceh. "Kamu tuh udah gede, jangan setiap ada hujan kamu hujan-hujanan terus." Walaupun sudah dikasih tahu beberapa kali untuk jangan keseringan main hujan tapi Anes tetap tidak pernah mendengarkan Rika.
"Nggak sering kok, cuma kalo ada hujan aja," balas Anes. Dia meraih handuk yang sudah Rika siapkan, lalu melengos ke kamar mandi.
"Maksud mama kal---"
Brakkk! Anes menutup pintu kamar mandi dengan keras, tidak lagi mengindahkan mamanya.
"Dasar, generasi muda jaman sekarang, kalo di nasehatin masuk telinga kanan keluar telinga kiri," gumam Rika, geleng-geleng kepala tidak mengerti dengan jalan pikiran anaknya.
Anaknya itu memang sedikit batu. Rika harus menyediakan stok sabar yang cukup banyak kalau menghadapi anaknya itu.
Kepribadian Anes yang berbeda dari anak-anak lain memang membuat Rika harus jadi ekstra sabar, anaknya itu memang agak susah di kasih tahu. Dia benar-benar batu.
Rika kembali menyiapkan makanan di meja untuk dia dan anaknya makan malam ini.
Selesai menyiapkan makanan untuk, ibu satu anak itu meraih hewan peliharaannya, menggendong kucing itu dan mengelus bulu-bulunya dengan manja.
"Mmmm.... kamu wangi, habis mandi ya?" tanya Rika dengan nada ala-ala menggoda kucing.
Shoki mengeong sebagai jawaban. Kucing itu menggeliat manja di pangkuan Rika, rasanya sudah lama -Rangga- tidak merasakan pelukan hangat seperti ini.
Ada baiknya juga dia jadi kucing, dengan begini Rangga bisa merasakan lagi kasih sayang dari seorang ibu --ahh, mungkin maksudnya 'kasih sayang dari seorang majikan terhadap peliharaannya'.
"Bajuku mana, Ma?" tanya Anes setelah selesai dari kamar mandi.
"Udah mama siapin di kamar kamu," jawab Rika.
Anes melengos ke kamarnya.
"Sama-sama," sindir Rika, nadanya sedikit meninggi supaya anaknya itu mendengarnya.
"Makasih," saut Anes dari dalam kamar. Seperti itulah Anes, kadang kalau tidak di begitu kan dia tidak akan menyadari kalau sikapnya kurang pendidikan.
Harapan Rika pindah ke desa ini juga sebenarnya untuk merubah sikap Anes, dia berharap Anes bisa lebih terbuka dan berbaur dengan lingkungan, namun sepertinya dia tidak ada berubahnya.
***
Suara gemuruh cacing dari perut Anes berbunyi, menciptakan rasa sakit terasa sampai ulu hati. Anes lupa belum makan, padahal tadi mamanya sudah memasak makanan kesukaannya.
Setelah mandi dan ganti baju Anes langsung tidur, efek kelelahan karena bermain hujan. Anes memang tidak berlarian jingkrak-jingkrak seperti anak kecil, dia hanya akan diam, memejamkan matanya, dan mulai memutar memori kehidupannya, mengingat semua moments itu kembali.
Kalau bagi orang lain itu hanya membuang waktu dan tidak ada gunanya, berbeda dengan Anes, dengan cara dia menyatu dengan hujan dia bisa tenang. Meskipun kenangannya tidak ada yang istimewa, tapi emosinya selalu membaik ketika dia melakukan hal itu.
Anes keluar dari kamarnya, dia melirik jam dinding. Pukul delapan malam, rupanya sudah malam. Anes tetap tidur cukup lama.
Anes membuka tudung saji di meja makan. Pindang ikannya masih ada. Anes mendudukkan pantatnya di kursi dan mulai menyantap makanan kesukaannya itu yang terlihat menggugah selera meski sudah tidak hangat lagi.
Perutnya yang sudah kelaparan membuat Anes memakan pindang ikannya dengan rakus. "Pindang ikan memang juara, udah dingin aja masih enak," gumam Anes, mulutnya masih penuh dengan makanan. Anes tersenyum puas, mungkin efek dari rasa lapar yang luar biasa membuat segala makanan apapun pasti terasa lebih lezat.
Sipat Anes yang sebenarnya muncul ketika dia sendirian, kalau di depan orang lain atau bahkan kadang ibunya sendiri dia selalu bersikap bodo amat, susah di ajak bicara. Yahhh, itu semua sudah menjadi kepribadian Anes.
"Rakus juga, ya ternyata," gumam Shoki --ah maksudnya Rangga-- dalam hati. Ia yang dalam wujud kucing mengintip dari balik tembok, memperhatikan anak majikannya tengah menyantap makanan dengan lahap.
🐈🐈🐈
Gewwllaaa makin gajelas aja 😭
Maaf bett baru updet );
Dan sepertinya jadwal updet bakalan rubah bikoss hamba mau ada latihan tryout --so pasti tryout online-😭
Huwaaaa nggak kerasa bentar lagi jadi pengangguran abis keluar sekolah 😭😭Lanjut ke bab selanjutnya tidak?
Selalu tinggalin jejak ya!Ngintip dulu bosss :v
KAMU SEDANG MEMBACA
Mister Kucing [SUDAH TERBIT]
FantasyFOLLOW JUSEYEO! Anes itu tidak suka kucing, tapi rumahnya selalu didatangi hewan satu itu. "Ma, ada kucing!" teriak gadis itu nyaring. Suaranya menggelegar di penjuru rumah. "Dek, itu cuma kucing loh." Rika --mama Anes-- sudah jengah dengan anak sem...