22. Dream

1.8K 321 13
                                    

Kalau suka cerita ini tolong vote atau nggak komen ya, lebih bagus lagi kalo difollow penulisnya :)
Intinya kita simbiosis mutualisme jangan simbiosis parasitisme :)
Saya percaya sama pembaca saya yang baik hati ini pasti tahu bagaimana cara menghargai tulisan orang lain :)

Happy reading tsayy

Happy reading tsayy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐈🐈🐈

Semua orang memang diciptakan berbeda-beda, baik itu dalam fisik maupun perilaku.

Tapi ada satu titik yang membuat semua terasa sama.

Sifat.

_Anestasya_

Sedari dulu Anes memang hidup dalam kesendirian. Dari mulai sekolah dasar hingga sampai sekarang.

Dulu, setiap kali Anes merasa sedih dia selalu pergi ke tempat yang tenang, menikmati angin yang hilir mudik ke sana ke mari, sesekali menjatuhkan dedaunan dan gugur jatuh ke tanah.

Sedari kecil Anes dijauhi, dibedakan, hanya karena dia dari kalangan kasta menengah dan ... Tidak mengetahui siapa ayahnya.

Setiap kali Anes didekati dia pasti menjauh, pernah waktu kecil, kala itu dia berusia 8 tahun. Karena paranoid-nya kambuh, dia sampai menendang anak laki-laki yang menghampirinya ketika bermain sendirian di bawah pohon dengan bonekanya.

Anak laki-laki itu menghampiri Anes yang bermain sendirian, mengoceh tak jelas sembari meneteskan air matanya.

"Kamu Nangis ya?" tanya anak laki-laki itu.

Anes terkejut mendapati anak laki-laki itu sudah ada di sampingnya. Spontan Anes menendang anak itu sampai terjungkal. Awalnya dia kira anak itu akan mengolok-oloknya seperti anak yang lain, atau bahkan ingin mencelakakan dirinya.

Beruntunglah kalian yang masa kecilnya bahagia, tidak seperti Anes, bahkan diusianya yang sangat belia dia sudah memikul beban yang berat.

"Kok kamu malah nendang aku sih," racau anak laki-laki itu, dia memegangi pinggangnya yang ditendang Anes. "Padahal aku mau nemenin kamu," lanjutnya.

Anes masih diam, menatap anak laki-laki itu dengan takut, jujur saja Anes takut berdekatan dengan orang lain. Bayangan orang-orang yang selalu menggunjingnya terus terngiang di kepalanya. Anes terisak, gadis itu benar-benar takut.

"Loh kok malah makin kenceng nangisnya, aku nggak bakal gigit kamu kok," katanya menenangkan Anes yang sesenggukan.

"Kamu katanya mau pindah ya?" tanya anak laki-laki itu.

Anes mengangguk, kontan tangisannya mereda kala anak laki-laki itu tersenyum kepadanya. Ketakutannya sedikit mereda.

Tangan anak laki-laki itu terulur dengan coklat di genggamannya. Dia berikan untuk anak perempuan di depannya masih menatapnya dengan sorot mata yang ketakutan.

"Kata mama aku kalo lagi sedih coba makan coklat, pasti baikan," ucapnya.

Anes menatap anak laki-laki itu lama, tatapannya begitu menenangkan. Anes mengambil cokelat itu dengan ragu, dia menatap cokelat itu lamat-lamat lalu menatap si anak laki-laki di depannya.

"T-terima kasih," ucap Anes gugup.

Anak laki-laki itu tersenyum dan Anes pun ikut tersenyum.

"Aku pergi dulu ya," pamit anak laki-laki itu.

Raut wajah Anes kembali tertekuk. Baru saja dia berharap akan memiliki teman, tetapi itu hanya angannya saja. Harapannya runtuh ketika satu-satunya anak yang berani mendekatinya pergi meninggalkannya. Anes kembali menangis.

Anak itu sama saja seperti yang lainnya, dia pasti meninggalkan Anes sendirian. Anes ... Benar-benar tidak memiliki teman.

Sejak saat itu Anes tidak pernah lagi bertemu dengan anak laki-laki dengan sorot mata teduh itu karena dirinya pindah melanjutkan pendidikannya di tempat baru.

***

Anes mengeluarkan air mata dari ekor matanya yang terpejam. Laptop di depannya masih menyala, tulisannya yang lain masih belum dia kerjakan.

Rangga wujud kucing yang sedari tadi menatap Anes di depannya tidak berkedip sama sekali. Cowok itu sudah kembali menjadi kucing.

Saat pulang sekolah Rangga memang masih menjadi manusia, tetapi tepat dia sampai di rumah Bi Ina dan berbaring sebentar sembari memainkan handphonenya tiba-tiba dia kembali menjadi kucing. Karena tubuhnya kembali jadi kucing, Rangga memutuskan untuk kembali kepada majikannya.

Sesampai Rangga di rumah Anes, dia melihat anak majikannya itu tertidur pulas di atas keyboard laptopnya. Kalau saja dia sedang di wujud manusia ingin rasanya membantu gadis ini tertidur dengan benar. Sayangnya sekarang dia sudah menjadi Shoki alias kucing peliharaan mamanya Anes.

Rangga hanya bisa menatap gadis itu dari balik netra hitam pekat miliknya, menyorot gadis itu dengan teduh. Dia melipat tangan, menjadikan tumpuan kepalanya di sana. Kucing itu ikut memejamkan matanya, menemani anak majikannya yang tertidur sendirian.

Meskipun Anes menganggap kucing itu adalah rivalnya tetapi Rangga adalah satu-satunya kucing yang berani masuk ke kandang macan, dia tidak pernah menganggap Anes adalah musuh yang harus di hindari, karena dia ... adalah tiketnya menjadi manusia.

🐈🐈🐈


Gak tau gak jelas banget nih cerita :vMo lanjut?Masih jauhhhhhhh ke klimaks lohh wkwkYokk ajak teman² nya buat baca cerita ini juga biar lapaknya makin rame :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gak tau gak jelas banget nih cerita :v
Mo lanjut?
Masih jauhhhhhhh ke klimaks lohh wkwk
Yokk ajak teman² nya buat baca cerita ini juga biar lapaknya makin rame :)

Mister Kucing [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang