Edisi Kangen

1.6K 238 13
                                    

Halowwwww huwaaa kangen banget sama kalian😭
Kangen sama Anes-Rangga juga😢

Nah, berhubung aku lagi nggak ngapa-ngapain juga sama emang lagi kangen banget, jadi aku bikin part ini😂 Ini nggak bakalan panjang kok, paling 500 atau 600 kataan lah. Semoga ini mengobati rasa rindu kalian juga ya. So, happy reading suyuunggg💜

🐈🐈🐈

Menghabiskan waktu bersama di bawah pohon oak dengan rumput ilalang yang menjadi pemandangannya, sudah menjadi kegiatan favorit Anes ketika bersama Rangga.

Tempat ini adalah tempat yang mempertemukannya dengan Rangga untuk yang pertama kalinya. Anes juga baru ingat kalau dia dan Rangga ternyata pernah satu kelas waktu Anes masih tinggal di kota sebelum akhirnya pindah ke daerah yang lebih menjauh dari kota.

Anes juga tidak pernah menyangka kalau mereka akan dipertemukan kembali di tempat ini, di bawah pohon ketika ia menangis lalu seorang anak laki-laki menghampirinya dan memberinya sebatang coklat untuk menyogoknya supaya berhenti menangis.

Anes tertawa geli ketika mengingat kejadian itu, ternyata dia secengeng itu dulu. Mungkin sampai sekarang Anes akan menangis. Anes bukan orang yang akan senang ketika kehilangan orang yang berarti di hidupnya.

"Aku baru tau kalau anak kecil itu kamu." Anes menyandarkan kepalanya di bahu Rangga. Mereka berdua tengah asyik menikmati semilir angin sambil mengingat-ingat masa lalu. "Lucu ya, waktu itu aku percaya banget sama perkataan kamu kalau kamu akan kembali ke sini dan nggak akan ninggalin aku. Aku pikir kamu sama seperti yang lain, selalu ninggalin aku, tapi ternyata takdir justru mempertemukan kita lagi."

Mata Rangga yang tadinya fokus ke depan kini beralih menatap wajah Anes yang menghadap ke depan, kepalanya sambil bersandar di pundaknya.

Tangannya terangkat untuk mengelus kepala gadis itu, lalu turun mengusap pipinya dengan lembut. Sementara Anes memejamkan matanya, menikmati sentuhan halus tangan Rangga di pipinya. Bibirnya terangkat, ia senang.

"Kalau aja waktu itu aku nggak benar-benar percaya kamu akan kembali, mungkin kita benar-benar tidak akan dipertemukan," keluh Anes. Namun ia tetap bersyukur karena itu tidak terjadi.

"Kalau pun kamu nggak percaya aku akan kembali, aku akan tetap kembali. Aku sudah berjanji, bukan kah janji dibuat untuk di tepati?" Rangga berucap. Tangannya meluruh, lalu menggenggam tangan mungil Anes.

"Bukannya janji dibuat untuk di ingkar, ya?" pancing Anes untuk melihat bagaimana reaksi Rangga terhadap kalimatnya barusan yang biasanya orang-orang jaman sekarang melakukan opsi itu.

"Orang yang melanggar janji cuma orang-orang pengecut. Mereka tidak mempertanggung jawabkan perkataannya, aku tidak ingin seperti mereka, jadi aku akan berusaha mempertanggung jawabkan perkataanku."

Rangga ingat neneknya pernah bilang kalau dia berbuat janji kepada seseorang maka dia harus menepatinya, sebab kalau tidak, ia tidak akan hidup tenang termasuk orang yang ia beri janji. Di sana orang itu mungkin akan terus menunggu dan menanti kapan janjinya akan terkabulkan, sementara ia akan tidak tenang karena memikirkan janji yang ia buat. Entah itu mencoba untuk mengabaikannya tapi terus dihantui rasa bersalah, atau mencoba mencari-cari alasan untuk menghindari janjinya.

Rangga juga diingatkan untuk tidak memberi janji kepada orang lain kalau dia sendiri tidak tahu akan menepatinya atau tidak. Namun, karena waktu itu Rangga sudah yakin ketika ia mengatakan kepada teman kecil perempuannya akan datang kembali, ia harus mempertanggung jawabkan perkataannya itu.

Saat Rangga membuat janji itu dan memberi janjinya kepada Anes, tentu dia bertanggung jawab akan hal itu.

"Termasuk tidak meninggalkanku lagi?" tanya Anes, ia mendongak untuk memandang Rangga dari dekat. Dagunya menempel di pundak laki-laki itu.

"Ya, termasuk yang itu," jawab Rangga dengan penuh percaya diri kalau ia benar-benar tidak akan bermain-main dengan ucapannya.

Setelah mendengar kalimat menjanjikan itu, Anes pun terdiam dan tersenyum sambil terus memandang laki-laki di depannya. Posisi wajahnya dengan Rangga saat ini sangat dekat, mungkin hanya beberapa senti.

Mata Anes menilik mata beriris hitam milik Rangga dengan intens. Kalau dari dekat seperti ini matanya terlihat lebih berkilau, bahkan Anes bisa merasakan hidung laki-laki itu yang mancung hampir menyentuh keningnya. Anes baru sadar ternyata Rangga setampan ini kalau dilihat dari dekat.

"Aku tidak ingin kehilangan mu." Ada nada lirih saat Anes mengatakan itu. Namun, Rangga kembali menggenggam tangannya dengan erat seolah tengah memberi energi lebih supaya Anes tetap percaya.

Sambil menarik setiap sudut bibirnya ke atas Rangga berucap, "kau bisa memegang janjiku." Rangga mengatakannya dengan sungguh-sungguh, bahkan sorot matanya yang menatap sungguh saja bisa mewakili kalau ia tidak sedang bermain-main dengan janjinya.

"Baiklah, apa pun yang terjadi aku juga tidak akan melepaskan mu." Anes bernapas dengan lega, ia kembali memandang ke depan dan menyandarkan kepalanya di bahu Rangga seperti tadi.

Memandang rumput ilalang yang bergoyang tersapu oleh angin, lalu dandelion yang berterbangan mengikuti arah angin, perpaduan yang sangat indah dan menenangkan.

Anes merasa lengkap dengan apa yang ia miliki sekarang. Ia tidak perlu khawatir lagi untuk kehilangan seseorang, selagi dia percaya dan yakin dengan apa yang ia jalani, semuanya akan baik-baik saja.

-Selesai-

Terobati nggak rasa rindunya?

Oh iya teman-teman, aku bikin podcast juga loh. Kalian yang punya Spotify boleh mampir ya ke podcast aku. Namanya Dailly Mars.
Di sana aku updet di malam minggu doang ya. Silahkan dengarkan kalau berkenan🤗

Terima kasih juga aku ucapkan. Terima kasih sudah bersedia membaca karyaku, tanpa kalian aku nggak akan sampai ke titik ini💜

See you lagi guyss🤗

Mister Kucing [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang