Sebelumnya aku mau minta maaf, mungkin kalian nggak sadar kalo di part² sebelumnya aku salah tulis nama mamanya Anes, yang harusnya Rika tapi malah Rima -ketuker sama mama tokohku di cerita lain- Tapi sekarang udah aku benerin, kok.
Lain kali kalo ada kesalahan lagi, ingetin aja ya soalnya aku suka lupaan. Terus kalo alurnya agak ngaco tegur aJakarta gpp! soalnya cerita ini juga aku bikinnya tanpa outline -pake aliran sesat- langsung tulis nggak dipikir² dulu, jadi wajar aja kalo ngaco :v
Oke lah langsung aja, happy Reading.
🐈🐈🐈
Anes merasakan ada sesuatu yang kenyal menyentuh bibirnya, sangat lembut tapi apa?
Awalnya Anes mengira itu hanya perasaannya saja atau dia sedang bermimpi. Cukup lama benda itu menyentuh bibirnya, dan semakin lama semakin terasa nyata. Anes mulai merasakan lumatan lembut di bibirnya.
Jantungnya berhenti seketika. Cepat-cepat Anes membuka matanya. Wajah seseorang tepat berada di depan matanya, dan tengah mencium dirinya tanpa permisi.
"Yakkkk!" Anes mendorong tubuh bongsor itu sampai jatuh menubruk lantai. Tidak terelakan ciuman pertamanya telah direnggut oleh seseorang yang tidak ia kenal tanpa permisi.
"Kenapa Lo cium gue?!" murka Anes. Takut, terkejut dan heran mendominasi perasaannya.
Kamar Anes yang selalu gelap tatkala ia akan tidur membuat Anes tidak bisa melihat jelas siapa pelaku yang mencium dirinya.
Anes meraih guling, menjadikannya senjata untuk memukul orang yang kurang ajar itu. Anes beranjak dari tempat tidurnya hendak menyiksa si brengsek yang mencium dirinya. Namun, orang itu berdiri dengan cepat dan berlari menuju balkon, melompat ke bawah seperti maling yang kabur akibat kepergok sedang mencuri.
Anes mengikutinya sampai terhenti di pagar balkon dan berteriak, "Brengsek!" umpatnya.
Mendadak Anes menjadi cemas. Dia meraba-raba tubuhnya, takut orang itu menyentuh Anes lebih jauh ... Lebih dari ciuman.
Pakaiannya masih utuh, itu artinya dia baik-baik saja hanya saja ... Bibirnya tidak lagi suci.
Anes menggertakkan giginya, tangannya kontan terkepal --dia marah sekaligus kesal. Anes tidak terima dirinya dilecehkan seperti itu, bahkan orang itu kabur begitu saja tanpa rasa tanggung jawab. Siapa orang itu? punya dendam apa dia sampai tega melakukan ini kepadanya?
Air bening dari matanya mengalir begitu saja. Anes berlari keluar kamar lalu menuju kamar mamanya yang berada tepat di sebelah.
Anes membuka pintu kamar mamanya, melengos masuk lalu menjatuhkan tubuhnya di tempat tidur, di sebelah Rika lebih tepatnya."Sayang." Rika terjaga, setengah terkejut mendapati anaknya yang tiba-tiba memeluk dirinya.
"Kamu kenapa?" tanya Rika heran. Tak biasanya anaknya itu mau tidur bersama, jangankan untuk tidur bersama, bahkan kalau Rika masuk ke kamar Anes pun harus dengan ijin pemiliknya. Namun sekarang ... Gadis itu malah menghampirinya.
Anes mengeratkan pelukannya, menenggelamkan wajahnya di pelukan mamanya. "Anes nggak mau tidur lagi di kamar itu," kata Anes lirih.
"Kenapa? Ada yang ganggu kamu?"
Anes menggeleng, ingin menceritakan kejadian tadi kepada mamanya pun Anes tidak berani. Beberapa kemungkinan buruk akibat dia mengadu pun dia pikirkan, dan ujung-ujungnya Anes akan pendam sendiri karena takut.
"Aku mau tidur sama mama aja," ucap Anes serius. Dia tidak berani lagi tidur di kamarnya sendirian. Takut seandainya orang itu kembali lagi dan mengapa-apakan dirinya.
"Yasudah," final Rika, membelai lembut rambut putrinya.
Untuk malam ini Anes benar-benar tidur dengan mamanya. Setelah lima tahun tidak pernah tidur di samping mamanya, rupanya Anes merindukan pelukan hangat ini. Pelukan yang selalu menyemangati dirinya, memberinya kekuatan untuk tetap bertahan hidup di dunia yang kejam ini.
***
Rangga menghentikan langkahnya, sedikit membungkukkan tubuhnya, menetralkan nafasnya yang tidak teratur. Ternyata berlari itu menguras banyak tenaga.
Mengusap dadanya lega, untungnya Rangga bisa lolos dari gadis yang menjadi kuncinya untuk menjadi manusia.
"Dia ngenalin gue nggak, ya," gumam Rangga, bertanya kepada dirinya sendiri. "Semoga aja engga," katanya optimis.
Hampir saja dia tertangkap akibat ulah cerobohnya, untungnya pencahayaan kamar gadis itu yang gelap membuatnya sedikit menutupi identitasnya walaupun Rangga tidak yakin kalau Anes tidak akan mengenalinya.
Berdoa saja gadis itu benar-benar tidak tahu kalau dia adalah pelakunya.
Mulai sekarang Rangga harus berhati-hati, tidak lagi ceroboh mencuri ciuman itu dengan gegabah. Dia harus memastikan dengan benar kalau gadis itu benar-benar tertidur dengan pulas.
Rangga menegakan kembali tubuhnya, menghela nafas panjang sebelum melanjutkan langkahnya pulang menuju rumah Bu Ina.
🐈🐈🐈
Mau protes apa?
Tulis aja di sini :')Lanjut tidak?
See you next part, semoga kita bertemu lagi :)
Terimakasih selalu mengikuti cerita ini💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Mister Kucing [SUDAH TERBIT]
FantasyFOLLOW JUSEYEO! Anes itu tidak suka kucing, tapi rumahnya selalu didatangi hewan satu itu. "Ma, ada kucing!" teriak gadis itu nyaring. Suaranya menggelegar di penjuru rumah. "Dek, itu cuma kucing loh." Rika --mama Anes-- sudah jengah dengan anak sem...