Kalo suka ceritanya boleh dong follow penulisnya xixixi ...
#ngemisFollowkwkwkTypo bilang!
Happy reading (;🐈🐈🐈
Setelah insiden beberapa hari yang lalu, Anes jadi lebih waspada terhadap kucing peliharaan mamanya. Sungguh dia tidak menyukainya, apalagi dekat-dekat dengannya kalau bukan karena paksaan dari mamanya.Gemuruh terdengar dari atas langit, di luar terlihat awan begitu tebal berwarna kelabu, sepertinya hujan akan turun?
Hujan yang selalu Anes tunggu akhirnya datang. Setiap kali hujan akan datang Anes selalu antusias menyambutnya, bukan rahasia umum lagi kalau Anes memang menyukai hujan.
Pernah waktu itu dia menunggu turun hujan di luar, karena waktu itu memang sudah mendung. Namun awan mendung bukan selalu berarti akan datang hujan, kadang kala mereka hanya menggumpal menutupi mentari lalu pergi tertiup angin. Hati Anes benar-benar kecewa dengan langit, kenapa dia membohonginya?
Anes sedih, pada akhirnya entah gerutuannya terdengar oleh langit atau memang hanya kebetulan, langit tida-tiba ikut menangis. Anes kembali gembira dan bermain air dengan langit. Namun kali ini hujan datang dengan gemuruh, Anes tidak begitu suka dengan gemuruh. Mereka membuat Anes takut, suara nyaringnya selalu datang tanpa aba-aba. Bahkan sekedar petir pun tidak kelihatan.
Otak picik Anes mulai bekerja lagi. Dia memikirkan sesuatu yang akan membuat kucing hitam milik mamanya pergi dan tidak betah diam di rumah.
Kucing 'kan tidak terlalu suka air. Kalau Anes lempar kucing itu pasti seru.
"Kali ini kena lu," kekeh Anes pelan, seringainya muncul.
Sementara mamanya seperti biasa tengah berada di dapur, menepati janjinya untuk memasak makanan kesukaan Anes --tumis pindang ikan tongkol--
Anes mulai mendekati Shoki yang sedang menjilati bulu-bulu pantatnya. Dengan berat hati Anes meraih Shoki dan menggendongnya.
"Ewwwww." Anes bergidik jijik, ia beri jarak antara dirinya dan si kucing.
Rangga alias Shoki memandang Anes dengan tatapan memelas, berharap Anes tidak melakukan hal buruk kepadanya. Dia sendiri tidak bisa memberontak, hati busuknya sudah tersegel jika itu menyangkut Anes. Dia pasrah saja akan di apakan oleh gadis itu.
Entah mungkin karena kucing itu memelas atau memang hati Anes mulai tergerak. Kasian, tatapan Shoki benar-benar membuat Anes semakin....
Anes berhenti di pertengahan jalan menuju pintu keluar dia lepaskan Shoki dari genggamanya, menaruh kembali kucing itu di atas lantai. Shoki terhenyak, tumben sekali?
"Gue emang nggak suka sama lo, tapi kalo lo memelas kaya gitu udah kaya kucing jalanan yang kelaparan, ehh... " Anes menjeda omongannya untuk mengoreksi, ".emang lo kucing jalanan, ding."
"Kali ini gue lepasin lo," putus Anes akhirnya. Anggap saja ini keberuntungan untuk Shoki karena Anes tidak jadi melemparnya keluar di tengah hujan deras.
Anes berjalan keluar rumah sendirian, tatapannya begitu hampa. Gadis itu berjalan gontai menerobos hujan sebab gemuruh tak lagi terdengar. Ia berhenti di tengah hujan, menengadahkan wajahnya ke atas dan matanya terpejam.
Tangannya ia buka lebar, merasakan tubuhnya menyatu dengan hujan. Anes selalu suka momen seperti ini. Bibirnya terangkat ke atas, membayangkan setiap mimpi-mimpinya.
Tidak terasa air beningnya ikut meluncur dari ekor matanya, mengalir bersama hujan, jatuh ke tanah.
"Papa..."
🐈🐈🐈
Sepertinya di capter selanjutnya bakalan melow-melow dehhh );
Upsss malah spoiler :v
Jadi, masih mau melanjutkan ke bab selanjutnya?
Jangan lupa selalu tinggalkan jejak! Ajak temannya juga buat baca cerita ini ok 😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Mister Kucing [SUDAH TERBIT]
FantasíaFOLLOW JUSEYEO! Anes itu tidak suka kucing, tapi rumahnya selalu didatangi hewan satu itu. "Ma, ada kucing!" teriak gadis itu nyaring. Suaranya menggelegar di penjuru rumah. "Dek, itu cuma kucing loh." Rika --mama Anes-- sudah jengah dengan anak sem...