Kangen banget nggak mampir ke sini, aku juga sampe lupa sama alur nih cerita :v
Maaf baru nongol lagi :(So, Happy Reading :)
🐈🐈🐈
Anes dan Rika duduk di kursi meja makan, tak lupa Shoki juga ikut serta di sana. Mereka semua sedang menyantap makanan buatan Rika tadi.
Tentunya Shoki berada di lantai, dengan makanan yang juga tersedia untuknya.
"Gimana sekolah kamu hari ini?" tanya Rika memulai pembicaraan.
"Biasa aja," jawab Anes alakadarnya, dia tidak tertarik dengan pembahasan mamanya kali ini.
"Kapan-kapan kamu ajak temen-temen kamu ke sini. Mama nggak pernah liat kamu bawa temen," ucap Rika di sela-sela menyantap makanannya.
"Nggak punya temen," jawab Anes cepat.
"Masa?"
"Emang muka aku ada tampang bercandanya?" Anes berpendapat. "Lagian temen aku 'kan cuma mama doang," ucap Anes menohok.
Faktanya ibu dan anak itu memang sudah seperti seorang teman. Rika yang awet muda pun tidak terlihat seperti sudah memiliki anak, bahkan terkadang para tetangga melihat mereka seperti kakak dan adik.
Terkadang Rika jiga sering meminta Anes untuk berbaur dengan yang lain, setidaknya dengan para tetangga, tetapi gadis itu tetap bersikukuh tidak ingin menyatu dengan orang luar.
Anes sendiri tidak apa jika tidak memiliki teman, asalkan mamanya ada dan dia selalu ada di sampingnya, Anes akan baik-baik saja.
Anes terlalu trauma dengan kehidupannya dahulu, dia hanya takut berbaur dengan orang baru akan sama saja akhirnya dengan yang dulu-dulu.
Di sekolahnya sekarang Anes memang tidak begitu diperhatikan dan tidak mencolok, karena dia sendiri yang menutup dirinya dari orang-orang luar. Tidak mengijinkan mereka masuk ke dalam kehidupannya meski mereka terlihat baik kepadanya.
Terlihat baik di luar belum tentu baik di dalam, 'kan? Itu yang dipikirkan Anes.
Arika adalah satu-satunya orang yang setia di samping Anes, dia selalu berusaha membuat Anes tidak terlalu kaku kepadanya namun, pendirian Anes yang batu tidak pernah tergoyahkan.
Teman sebangkunya itu juga tidak patah semangat, dia tidak akan berhenti sampai Anes terbuka padanya.
"Aku udah selesai makannya," ucap Anes menyudahi makannya, sebenarnya dia hanya ingin menghindari percakapan yang tidak ingin dia bahas.
"Makanannya belum habis, Sayang."
"Mama abisin aja," kata Anes, beranjak pergi dari meja makan menuju kamarnya. Perutnya mendadak kenyang.
"Dasar, untung anak sendiri." Rika menjeda omongannya. "Makanan segini banyak gimana mau habisin sendirian?" lanjut Rika bermonolog.
Dari bawah Shoki mengeong, geleng-geleng kepala, tidak habis pikir dengan anak majikannya itu.
***
Malam semakin larut, waktu menunjukan pukul setengah sebelas malam. Di jam segini Anes pasti sudah tidur, dan ini saatnya Shoki mengambil ciuman Anes lagi, untuk kembali ke wujud asalnya karena besok dia harus menjadi manusia untuk pergi ke sekolahnya.
Sejujurnya Rangga juga heran kenapa gadis itu yang menjadi kunci untuk dia bisa kembali menjadi manusia? Dan kenapa .... Harus dengan ciuman?
Kutukan macam apa ini? Rangga benar-benar tidak mengerti, kenapa harus dia yang menjadi imbasnya, kenapa perbuatan dosa orang tuanya harus di tanggung olehnya.
Kalau saja sedari dulu Rangga mengetahui kalau dia bergelimang harta bukan hasil murni jeri payah orang tuanya? Tapi juga dengan campur tangan iblis. Kalau tahu begitu Rangga bisa menegur kedua orang tuanya, juga ... agar dia tidak menjadi tumbalnya.
Seperti biasa Shoki diam-diam masuk ke kamar anak majikannya. Berkat Anes yang terkadang ceroboh tidak menutup rapat pintu kamarnya, keberuntungan untuk Shoki, dengan begitu dia mudah untuk masuk.
Di atas ranjang Anes sudah memejamkan matanya pulas, gadis itu benar-benar sudah tertidur.
Shoki melangkah menghampiri Anes, meloncat ke atas ranjang gadis itu. Sebentar dia perhatikan wajah manis Anes yang sedang tertidur. Shoki sebagai manusia, bukan Shoki sebagai kucing, tentu akan terpesona dengan gadis itu. Meskipun Anes terkadang jutek, tetapi gadis itu memiliki keunikan tersendiri yang bisa memikat hati Rangga.
Kebaikan yang selama ini Anes timbun, Rangga bisa melihatnya, dari cara dia memberikan makanan kesukaannya kepada hewan yang dia benci memperlihatkan kalau Anes masih memiliki kebaikan di dalam hatinya.
Rangga sendiri juga tidak tahu kenapa dia bisa menyukai gadis itu, bahkan di pertemuan pertama mereka Rangga begitu gugup, takut kalau seandainya Anes mengetahui kalau Rangga adalah hewan peliharaan mamanya.
Lama Shoki menatap wajah Anes dari ujung rambut, beralih ke kening, lalu hidung, sampai akhirnya berhenti di bibir.
Sejujurnya Rangga selalu merasa bersalah harus mencuri ciuman seperti ini terus, tetapi tidak ada pilihan lain ... hanya ini satu-satunya cara agar dia kembali ke wujud manusia.
"Maafin gue," ucap Rangga dalam hati. Rangga mempertipis jarak wajah mereka, pelan-pelan dia menempelkan bibirnya di atas bibir mungil Anes.
Percikan cahaya keluar dari tubuh Shoki, tanda kalau dia akan berubah ke wujud aslinya.
Shoki berubah menjadi Rangga, lagi. Bibirnya belum ia lepaskan dari bibir Anes, ciuman hangat di tengah malam seperti ini menjadi candu tersendiri untuk Rangga. Bibir manis Anes selalu membuatnya tidak ingin melepaskan ciuman itu namun, Rangga juga harus sadar kalau ini tidak lah baik.
Rangga yang terlalu naif.
"Yakkkk!"
Rangga terdorong dan jatuh ke lantai. Tanpa di duga Anes terbangun dan langsung mendorong tubuh Rangga sampai jatuh tersungkur ke bawah.
Anes tentu terkejut tiba-tiba mendapati seorang pria berada di kamarnya dan ... sedang mencium dirinya?
Rangga juga tak kalah terkejut dari Anes, bisa-bisanya dia ketahuan, kalau Anes mengenali dirinya bagaimana? Habis sudah riwayatnya sampai di sini.
"Kenapa Lo cium gue?"
🐈🐈🐈
Hulaaaa gimana part ini? suka nggak? Deg-degan nggak?
Pada akhirnya Anes tahu nggak ya itu Rangga?
Bantu Rangga supaya nggak ketahuan yukk! Caranya gimana ya?Spam komen juga biar aku nggak sabar lanjut nulis ke part selanjutnya huhuhu :v
KAMU SEDANG MEMBACA
Mister Kucing [SUDAH TERBIT]
خيال (فانتازيا)FOLLOW JUSEYEO! Anes itu tidak suka kucing, tapi rumahnya selalu didatangi hewan satu itu. "Ma, ada kucing!" teriak gadis itu nyaring. Suaranya menggelegar di penjuru rumah. "Dek, itu cuma kucing loh." Rika --mama Anes-- sudah jengah dengan anak sem...