"Aneeeeeeeees!" teriak Rika dengan lantang.
Rika berkacak pinggang, melototi anaknya yang sedang mencoba membunuh kucing hitam pekat miliknya.
Mendengar mama-nya meneriaki namanya, Anes buru-buru melepaskan cengkeramannya.
Shoki langsung melompat, kabur meninggalkan Anes.
"Kamu mau bunuh dia?" tunjuk Rika ke Shoki yang sudah lari terbirit-birit.
"E-enggak, mah." Anes nyengir tak berdosa, mengibaskan tangannya. Dia menyangkal tuduhan Rika.
"Hari ini kamu nggak boleh sarapan."
"Yah, yah, kok mama tega sih sama anak sendiri." Anes memelas.
Rika tak habis pikir dengan anaknya itu, masa dia tega mau membunuh kucing?
Sebagai hukumannya hari ini jatah sarapan Anes diambil alih oleh Shoki.
Ya, kucing hitam itu sekarang berada di pangkuan Rika.
Makan dengan lahap dari tangan Rika, sedangkan Anes membersihkan kandang Shoki yang baru saja datang dari tukang kurir.
Anes memicingkan matanya, menatap tajam kucing itu dengan tatapan ingin membunuh.
"Cihh! awas aja lo kucing," desis Anes. Dia kepalkan tangannya, meremas handuk di tangannya, membayangkan kucing hitam itu yang ia remas sampai mati.
"Beresin yang bener," titah Rika.
Kini, posisi Anes sebagai anak di gantikan oleh seekor kucing hitam kampung.
Mungkin, ini adalah karma untuk Anes, karena dia selalu menyiksa dan mengusir kucing yang selalu bertamu ke rumahnya.
Tidak, Anes tidak menyesal. Ini bukan karma, maksudnya, karma macam apa ini?
Karma seorang anak yang selalu menyiksa kucing, kini dia diasingkan oleh ibunya sendiri?
Ayolah, itu terlalu konyol.
***
Jam 18:35
Anes mengendap ke dapur, mencari makanan untuk meredakan keributan cacing di perutnya yang berteriak kelaparan. Sedari tadi pagi Anes benar-benar tidak di kasih makan oleh Rika. Mama durhaka.
Kucing baru dipungut disayang-sayang, sedangkan anak kandungnya di biarkan kelaparan.
"Mama tega banget sih sama gue, masa gue beneran nggak di kasih makan... Untung masih ada sisa roti." Anes menggigit roti temuannya dari lemari es.
Rika benar-benar tidak menyisihkan anaknya makanan.
Sungguh, teganya teganya teganya teganya teganya dirimu...
Anes memakan lahap roti tawar itu seperti baru menemukan makanan setelah terkurung beribu-ribu tahun di dalam goa.
Di rumahnya begitu sepi, Rika tadi sore pergi keluar dan membawa Shoki juga. Entah kemana lah mereka itu.
"Mentang-mentang punya kucing baru, anak sendiri ditinggalin, cihh!" Anes mendecih, tak habis pikir dengan mama-nya itu.
Anes semakin gondok saja sama hewan yang bernama kucing.
Dari kemarin sudah membencinya, dan sekarang hewan itu merebut mama-nya darinya. Kebenciannya sudah naik level.
"Seandainya bunuh kucing nggak dosa, gue udah bunuh, tuh, hewan satu." Anes menggigit roti tawar terakhirnya dengan keras, membayangkan dia sedang menggerogoti kulit kucing itu, dikulitinya sampai habis, sampai mati.
Anes mengangkat alisnya, tersenyum jahat, wajah seringainya ia tampilkan, lalu diadukan kedua tangannya, menggesernya ke atas ke bawah. Menemukan ide untuk menyingkirkan kucing hitam itu.
Rencana jahat di otaknya sudah ia rancang sedemikian rupa.
"Kena, lu kucing, haha." Anes tertawa jahat bagaikan nenek sihir.
Dia sudah tidak sabar menjalankan rencana jahatnya terhadap si kucing hitam itu.
🐈🐈🐈
Aku up-nya grecep yak :v
Gimana? tertarik melanjutkan ke bab selanjutnya?
Jangan lupa selalu tinggalkan jejak ok!
KAMU SEDANG MEMBACA
Mister Kucing [SUDAH TERBIT]
FantasíaFOLLOW JUSEYEO! Anes itu tidak suka kucing, tapi rumahnya selalu didatangi hewan satu itu. "Ma, ada kucing!" teriak gadis itu nyaring. Suaranya menggelegar di penjuru rumah. "Dek, itu cuma kucing loh." Rika --mama Anes-- sudah jengah dengan anak sem...