Pecahan kaca seakan menggambarkan kehidupan Qiran. Kepingan kaca yang berserakan di lantai itu bagai hatinya yang berkali-kali disakiti oleh keluarganya. Ah, lebih tepatnya hanya sang ibu. Apa yang bisa Qiran harapkan dari sebuah keluarga? Bahkan, Keluarganya kini sudah tidak lagi utuh. Kebahagiaannya sirna, mentari yang selalu menyinari telah hilang. Tidak ada bulan di tengah gelapnya malam bagi Qiran.
Andai waktu bisa diputar, Qiran tidak ingin menjadi bagian dari keluarganya. Orang-orang di luaran sana begitu baik, tetapi tidak dengan orang di sekitarnya. Dia ingin mempunyai keluarga yang utuh. Rasanya begitu sakit saat dia harus berkali-kali menahan sakit akibat perbuatan keluarganya.
Jika boleh memilih, Qiran ingin pergi jauh dari lingkungan keluarganya. Pergi menemui kebahagiaan atau bahkan menuju keabadian sekaligus. Untuk apa dia tetap tinggal di sini jika keberadaannya tidak dianggap? Itu sangat tidak berguna bukan?
Inilah Qiran dengan senyumnya yang menutupi luka. Tangisnya bagai lolucon untuk keluarganya. Sakitnya seakan tidak pernah terlihat di hadapan mereka. Nasibnya tidak seberuntung remaja lainnya yang asik bersenang-senang.
Hati tidak mungkin terluka tanpa penyebab. Goresan yang muncul bagai pisau yang menyayat nadi. Omongan adalah salah satu penyebab timbulnya sakit hati. Jaga bicaramu jika tidak mau hati seseorang5 terluka.
❦︎❦︎❦︎
Kebumen, 16 Maret 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Invisible Wounds
Fiksi Remaja"Lukaku adalah bahagiamu dan tangisku adalah tawamu. Akankah kau juga tertawa melihat kematianku?" Star: 16 Maret 2021 Finish: 14 April 2021