❦︎❦︎❦︎
"Bencimu tanpa alasan membuatku tak sanggup menahan lara."
❦︎❦︎❦︎
Suasana di SMA Nusa Jaya sangat ramai akibat banyak guru yang membimbing peserta olimpiade. Siang hari sudah tiba, sebentar lagi sekolah akan segera dibubarkan. Nara dan Karin belum juga berbaikan, tetapi sedikit demi sedikit Karin sudah mulai mau diajak berbicara oleh Nara.
Bunyi notifikasi dari ponsel Karin membuatnya yang tengah makan menghentikan kegiatannya. Terlihat dari pop up Whatsapp bahwa pesan itu dari kakak laki-lakinya. Sebenarnya dia malas, tetapi saat melihat sekilas, dia melihat ada nama Qiran dalam pesan tersebut.
Bang Ke
Qiran pingsan, kamu dateng
ke rumah sakit deket sekolah Abang.
Ajak Nara sekalian, jangan berantem.Karin tersedak makanan yang masih berada dalam mulutnya. Untung saja Nara berada di sampingnya hingga dengan cekatan dia mengambilkan air untuk Karin. Karin menetralkan tenggorokannya terlebih dahulu sebelum panik kembali menyerangnya.
Secepat kilat, Karin memunguti barang-barangnya dan juga barang Nara. Dia memasukkan ke dalam tasnya dan Nara. Nara yang melihat wajah paniknya menyernyit heran atas perilaku sahabatnya.
Tiba-tiba Karin menarik tangan Nara. Kedua tas mereka sudah tersampir di bahu Karin. Nara yang tiba-tiba ditarik pun terjatuh karena tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya.
"Ada apaan, sih? Sakit pantat gue, nariknya ati-ati dong!"
"Gak ada waktu buat berantem, Ra. Qiran pingsan waktu olimpiade, ayo ke rumah sakit."
"Apa?!"
"Gak ada waktu buat kaget, Ra."
Karin kembali menarik lengan Nara dengan keras. Mereka berlari menyusuri koridor yang tidak terlalu ramai. Suatu keberuntungan bagi mereka, gerbang di sekolah terbuka lebar hingga memudahkan mereka untuk kabur. Kiran dan Nara mengendarai motor untuk sampai di rumah sakit. Sangat kebetulan motor Karin berada di warung dekat sekolah karena dia terlambat tadi pagi.
Seperti biasa, Karin membawa motornya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Nara baru merasakan bagaimana terancamnya Qiran saat berboncengan dengan Karin. Nyawanya sungguh terancam, benar-benar seperti menaiki wahana roller coster bagi Nara.
"Allahu Akbar, selamatkan hamba Ya Allah!" teriak Nara sembari memeluk erat tubuh Karin.
"Berisik banget lo, Ra!" sahut Karin ketika mendengar teriakan Nara.
Sesampainya di rumah sakit, Karin kemebali menarik Nara pada meja resepsionis untuk menanyakan ruangan Qiran. Dia berada pada bangsal Sakura nomor tujuh. Tidak ingin membuang waktu, mereka segera ke sana dengan Nara yang masih senantiasa ditarik. Nyawanya seakan masih melayang-layang.
Saat sudah masuk di ruangan Qiran. Nara menjatuhkan dirinya diantai seakan-akan dia pingsan hingga membuat Keano, Kenzie, dan Chandra panik dan ingin menghampiri dan menolong Nara. Karin tertawa melihat sahabatnya tidak berdaya.
"Udah gak papa, Kak. Dia cuma abis naik roller coster di jalan tadi," ucap Karin santai.
Karin berjongkok dan membisikkan kata-kata yang membuat Nara terduduk dengan semangat meski masih merasakan lemas.
"Bang Kean gak akan mau punya cewe yang lemah kayak lo," bisik Karin diselingi tawa kecil.
"Ya Allah, gue masih hidup 'kan? Gue serasa masih melayang-layang, nih!" seru Nara yang masih terduduk di lantai.

KAMU SEDANG MEMBACA
Invisible Wounds
Teen Fiction"Lukaku adalah bahagiamu dan tangisku adalah tawamu. Akankah kau juga tertawa melihat kematianku?" Star: 16 Maret 2021 Finish: 14 April 2021