07

39 7 4
                                    

︎❦︎❦︎❦︎

"Bahagia itu ketika melihat orang yang kita sayang juga merasakan kebahagiaan."

❦︎❦︎❦︎

Ketika seseorang selalu bersabar dan berusaha  dalam menggapai tujuannya, Tuhan pasti akan membantu di setiap langkahnya. Mungkin kalian pernah berpikir bahwa Tuhan tidak adil, tetapi apakah kalian tahu bahwa Tuhan mempunyai rencana terbaik untuk setiap umat-Nya? Ketika doa kita belum terjawab, itu bukan berarti Tuhan tidak menyayangi kita, bahkan Tuhan sangat menyayangi semua umatnya. Doa yang belum terjawab itu mungkin adalah yang terbaik untuk kita.

Seperti Qiran, dia berusaha sabar meskipun berkali-kali dijatuhkan. Tujuannya adalah untuk membuat sang ibu menyayangi dan memberikan kasih sayang selayaknya seoarang ibu pada anaknya. Dia terus berdoa agar ibunya bisa menganggapnya.

Qiran kini tengah berjalan dengan santai menuju sekolahnya. Jalanan sudah ramai karena dipenuhi dengan orang yang ingin berangkat bekerja juga sekolah. Polusi udara membuat pelajan kaki sesekali mengibaskan tangannya untuk menghalau udara kotor yang masuk dalam saluran pernapasannya.

"Qiran! Bareng gue, yuk!" seru Karin yang berhenti di samping trotoar.

Qiran awalnya tidak menyadari kehadian Karin. Namun, karena suara Karin yang nyaring, itu membuat Qiran menoleh. Karin tersenyum menghadapnya.

"Tapi ... aku takut," ucap Qiran sedikit ragu. Perasaannya menjadi tidak enak.

Karin tertawa mendengar ucapan dan melihat raut wajah Qiran. Sahabat polosnya ini ternyata takut naik motor. Padahal, naik motor itu sangat mengasyikkan.

"Gak bakal jatuh kok. Udah ayok!"

Kiran menarik tangan Qiran hingga berada tepat di samping motornya. Dia meminta sahabatnya untuk duduk di jok belakang. Setelah itu, Karin melajukannya motornya dengan kecepatan yang cukup tinggi. Sontak Qiran memeluk tubuh Karin dengan erat sembari memejamkan matanya.

Saat sampai di sekolah, keadaan Qiran tidak bisa dibilang baik-baik saja. Rambutnya kusut, karena tadi dia tidak sempat mengikat rambutnya. Jantungnya berdetak seperti setelah berlari maraton. Ini pertama kalinya Qiran naik motor dan benar-benar menegangkan.

"Qiran turun!"

Qiran membuka matanya perlahan lalu melepaskan pelukannya pada Karin. Tubuhnya sangat gemetar sekarang. Untuk besok dan seterusnya, dia tidak ingin dibonceng oleh Karin lagi. Trauma menyelimuti dirinya. Kalau bisa, sampai kapan pun dia tidak ingin naik motor. Dia lebih memilih berjalan kaki saja.

Saat turun dari motor Karin, tiba-tiba saja pandangannya mengabur dan merasakan pusing yang amat dalam. Qiran berusaha menetralkan pandangannya, tetapi malah semakin mengabur dan sekarang pandangannya menggelap. Tubuhnya ambruk tanpa dia duga.

Karin panik melihat Qiran yang tiba-tiba pingsan di tanah. Dia tidak sempat menahan, lagi pula Qiran itu lebih tinggi dari dirinya. Karin segera menumpu kepala Qiran dan meletakkan di atas pahanya. Tidak peduli akan seragamnya yang kotor, terpenting baginya sekarang adalah Qiran.

"Tolong! Woi, lo sini lo! Bantuin temen gue, cepetan!"

Karin berteriak seperti orang gila. Suaranya yang nyaring mengundang perhatian banyak siswa sehingga mereka berkumpul di sana. Tidak hanya siswa, tetapi juga guru ada yang datang melihat kejadian ini.

"Jangan pada liatin! Gotong temen gue!"

"Astaga Qiran!"

Nara yang melihat itu segera mendekat. Dari arah lain, Chandra menyusup ke dalam kegombolan siswa. Wajahnya terlihat kaget melihat Qiran yang pingsan. Dia memosisikan diri untuk segera membawa Qiran menuju UKS.

Invisible WoundsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang