Tujuh bulan kemudian.
Ramainya suasana sekolah saat ini membuat semua murid memanfaatkan waktu dengan baik, terutama untuk anak kelas dua belas karena ini waktunya bagi mereka menikmati detik terakhir sebagai anak SMA.
Setelah dibagi Surat Keterangan Lulus, anak kelas 10 dan 11 yang berangkat seperti biasa sehabis melaksanakan UKK dan tidak ada kegiatan KBM, berhamburan keluar kelas. Ada juga yang menghampiri para kakak kelas, sekadar meminta foto.
Afkar cs sedang duduk di kantin. Masing-masing memesan seporsi bakso dengan es teh manis. Kantin ramai, bahkan ada yang berjanji di salah satu pojokan.
"Ada acara prom night nggak, sih?" Raka bertanya.
"Ada."
"Tahu dari mana lo?" Raka menatap Misbah yang menjawab tadi.
"Mana aja boleh," sahut Misbah. "Tapi, gue nggak mau dateng, ah. Mualesss pol!"
"Gue males karena makin banyak lihat dosa," ujar Ganda.
Raka tertawa karena paham dengan ucapan Ganda. Ia mengangguk setuju sambil mendorong mangkuk bakso yang tersisa kuahnya saja. "Astaghfirullah, akhi, ayok mending tidur aja di rumah," tuturnya.
"Nginep aja di rumah Babang Afkar," celetuk Misbah. Ide gila seperti biasa. Yang sebenarnya adalah ide bagus untuk Raka.
"Bisalah apel sama calon is—aw! Adah, dah!"
Misbah dan Ganda tertawa ketika Afkar melayangkan cubitan dan tatapan tajam pada Raka. Padahal Raka bercanda, namun Afkar tidak paham akan hal itu.
"Panas ya Allah tangan gue ya Allah ampuni dosa Afkar." Raka menangkup kedua tangan di depan dada. "Jauhkan jodohnya."
"Heh!" Afkar melotot tidak terima. Doa apaan itu!
Misbah sudah terbahak sampai tak ada suara. Ganda geleng-geleng, sudah biasa mereka seperti itu. Afkar juga, kalau masalah jodoh seringkali langsung sentimen.
"Maksud gue, tuh, jauhkan jaraknya, dekatkan hatinya." Raka tersenyum paksa. Gerah sekali menghadapi Afkar.
Misbah tiba-tiba saja menggebrak meja. "An ... andaikan kau datang kembali!" Hampir saja kelepasan. "Itu, Kar, arah jam enam, ada yang dateng ke sini!"
Sontak saja mereka semua menoleh, terutama Afkar dan Ganda yang harus memutar tubuh untuk melihat itu. Entah siapa yang datang hingga membuat Misbah seheboh itu.
Lalu, yang Afkar temukan adalah seorang gadis berjalan sendirian dengan sebuah kotak persegi di tangannya. Berjalan mendekat, terus mendekat, hingga sampai di dekatnya.
"Buat Kakak. Dibuka kalau aku udah lulus dari SMA ini, ya."
Kenapa gadis itu melakukan ini?
***
Ketika rintik mulai turun ke bumi, ia sama sekali tidak ingin beranjak dari dua nisan yang ada di samping kanan-kirinya. Sebaris nama ia sematkan baik-baik. Menanamkan itu dalam ingatannya.
Afkar, lelaki yang menginjak usia sembilan belas tahun itu mendongak sejenak untuk menatap langit. Mendung, namun tak terlalu gelap. Hanya saja rintik memang sudah mengenai punggung tangannya.
Ia kembali menatap dua nisan di sampingnya bergantian. Tangannya bergetar saat mengusap nisan itu. Senyuman tipis ia perlihatkan.
"Maaf, lancang datang ke sini, padahal ... kalian nggak kenal sama saya."
"Saya ... mau membuat pengakuan di sini. Hanya dengan kalian. Jadi, tolong dengarkan ya, Om, Tante karena saya nggak punya keberanian buat mengungkapkan ini semua secara langsung pada putri kecil kalian."
"Saya Afkar." Afkar membasahi bibirnya. "Saya mencintai putri kecil kalian, Arsya Fidiya ...."
Kerongkongannya tercekat.
"Dan ... apa kalian mengizinkan jika Arsya menjadi pelengkap separuh agama saya?"
*SELESAI*
ALHAMDULILLAH, Barakallah.
The Best Part resmi telah selesai di part 35 pada pukul 20.30 WIB, dipublish di kota Subang - Jawa Barat, Indonesia. 15 Maret 2021
Untuk info sequel, akan aku infokan di sini, nanti ya sabar, doakan minggu ini udah publish.
Nung mengucapkan banyak terima kasih pada kalian semua, teman-teman wattpad yang senantiasa mendukung dan membaca cerita TBP sampai di titik ini.
Selalu sehat ya semuanya, bahagia terus, jangan lupa senyum dan tertawa. Semoga Allah SWT selalu melindungi kalian. Amin.
Salam sayang dari semua tokoh TBP, dan Nung❤️
Subang, 15 Maret 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Part (END)
Teen FictionAda satu bagian yang kosong sebelumnya. Bagian itu tidak pernah diusik oleh siapapun. Tapi, setelah seseorang itu hadir, bagian itu terusik, lalu terisi dengan baik. Bagian itu adalah bagian yang kini menjadi bagian terbaik dalam hidupnya. Seharusny...