Halo, welcome back, sosok itu datang, jadi mari kita sambut dengan vote dan komen :)
Ini genrenya lebih kepada fiksi remaja dengan dibumbui sisi keagamisan ya. Jadi, aku mau ngingetin kalo disini nanti aku gak cantumin ayat atau hadits, masih belum paham
Aku berharap, walau hanya dengan tulisan yang aku tulis ini, kalian bisa paham dan mengerti saat membacanya
#staysafe semuanya
Yang masih berkewajiban keluar rumah, tetap jaga diri (termasuk aku)
Jangan lupa senyum.Senyumanmu manis, tawamu merdu, jadi jangan meragu untuk melakukan kedua hal itu.
Sebelum baca part ini, tolong kalian tarik napas, hembuskan sambil baca bismillah. Terus senyum. Kemudian bilang kaliman ini--
I love me too♡
...pada diri kalian sendiri.
Gimana? Sudah merasa baik?
Oke, happy reading
•••
DUGH!!
BRAKKK!!!
Suara itu membuat semua pasang mata yang berada di dekat lapangan futsal membulat. Bola futsal yang ditendang oleh seorang gadis yang memakai kerudung warna navy itu melesat mengenai seorang laki-laki yang masih duduk di tingkat duabelas.
Bukan karena bola itu mengenai buku-buku yang ia bawa, tapi karena yang membawanya adalah Afkar. Kapten tim futsal di SMA Purnama. Punya tubuh tinggi kurus dengan kulit sedikit kecokelatan. Dan yang terpenting adalah ... sedikit judes.
Oke, sedikit, katanya. Kita lihat saja nanti.
"Gak ikut-ikutan ah."
"Tatapannya itu lho... haduh, gak kuat!"
"Astaghfirullah, Caca, berdoa aja semoga habis ini gak kena masalah."
"Wah, Ca, wahhhh."
Beberapa teman laki-laki Caca mengompori. Membuat Caca takut. Ya Allah, Caca harus bagaimana? Bagaimana nanti kalau ia mendapatkan masalah? Terus dibully? Atau banyak orang-orang yang tidak menyukainya? Caca memilin ujung kerudungnya sambil berjalan mendekati Pak Jeje. Semua mata teman kelasnya masih terus menatap dirinya tanpa kedip. Menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Pak Jeje, gimana dong?"
"Lho, kok kamu tanya bapak? Ya kamu minta maaf lah Caca sama Afkar."
Apa? Tidak salah?
"Anterin, Pak."
Pak Jeje menyemburkan tawa. Lalu berjalan mendahului. Mendekat pada Afkar yang sedang berjongkok. Memungut buku-bukunya yang berserakan.
Caca ikut mengambil buku-buku yang ada di lantai itu. Ia menahan deguban jantungnya yang menggila. Apalagi saat matanya tidak sengaja bertubrukan dengan mata Afkar saat ia melirik laki-laki itu sebentar. Tatapannya, mematikan!
"Maaf ya Afkar, tadi bapak lupa tutup pintu jaringnya. Tapi badan kamu gak ada yang kena kan?" Pak Jeje memberikan beberapa buku pada Afkar yang sudah berdiri tegak. Memeluk buku-buku itu dengan kedua tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Part (END)
Teen FictionAda satu bagian yang kosong sebelumnya. Bagian itu tidak pernah diusik oleh siapapun. Tapi, setelah seseorang itu hadir, bagian itu terusik, lalu terisi dengan baik. Bagian itu adalah bagian yang kini menjadi bagian terbaik dalam hidupnya. Seharusny...