Yg nunggu Afkar-Caca mana suaranya?
Vote dan komen jangan lupa ya, ditunggu!
...
Keempat laki-laki yang memiliki postur tubuh yang beda-beda itu, kini berjalan menuju salah satu ruang kelas. Beberapa orang yang ada di koridor itu menatap mereka dengan takjub. Namun, tidak ada yang berani menegurnya. Paling hanya memberi senyuman tipis jika salah satu dari mereka tidak sengaja menatap para orang-orang itu.
Di barisan depan, ada Raka dan Misbah yang berjalan sebagai pemimpin. Saling merangkul bahu. Lalu, di belakangnya ada Afkar dan Ganda yang memang lebih pantas disandingkan berdua seperti itu--karena sama-sama tidak berisik. Lain dengan Raka dan Misbah yang memang cocok berdua karena sama-sama cerewet.
"Kar, jantung lo deg-degan, gak?" tanya Raka dengan usil. Menyeringai jail sambil menoleh ke belakang.
Afkar menaikkan satu alisnya tinggi. "Atas dasar apa gue deg-degan?" tanyanya balik.
Skak mat, lo Raka!
"Kan, mau ketemu gadis impian. Ahay!" Misbah berdecak girang. Kepalanya ia gelengkan sekali membuat rambutnya bergoyang indah.
Di antara mereka berempat, hanya Misbah yang memiliki wajah manis. Cute, begitu. Jika Afkar sangar dan tatapannya tajam, maka berbeda dengan Raka. Raka, sih, levelnya di bawah Misbah. Tidak manis, namun cukup tampan. Kalau Ganda, ia terlihat macho karena badannya yang tinggi, tegap dan cukup berisi. Kekar, begitu.
Ganda terkekeh melihat wajah sangar milik Afkar. Sepertinya, temannya itu sudah siap menyakar Raka dan Misbah bergantian. Ia menggelengkan kepala karena ketiga temannya memang tidak ada yang normal.
Afkar membuang pandangannya. "Gak jadi, puter balik!" tandasnya. Ia langsung memutar badan. Membuat Raka dan Misbah heboh.
"Wah, wah, gak bisa gitu, dong! Berani melakukan, harus bisa bertanggungjawab!"
"Tahu lo, Kar! Tadi, lo udah janji, ya, mau samperin itu si Arsya!" sembur Misbah.
Dengan santai, Ganda menarik kerah belakang kemeja yang dipakai Afkar. Membuat temannya itu tercekik. Raka dan Misbah sudah tertawa melihat wajah Afkar yang masam. Mungkin sebentar lagi akan meledak-ledak seperti petasan.
"Inget, laki-laki yang genggam itu janjinya, ya! Lo laki apa bukan, hah?" desis Ganda. Mengundang Raka dan Misbah bersorak. Mereka tidak sadar jika sekarang menjadi tontonan orang-orang.
Afkar menghempaskan lengan Ganda. Ia membenarkan kerah kemejanya. Kemudian berjalan mendahului ketiga temannya. Memasang wajah angkuh. "Gue bakal buktiin kalau gue layak disebut laki-laki!" tandasnya.
"Emejing!"
"War byasah!"
Ganda tertawa dan menarik lengan Raka juga Misbah agar mengikuti langkah Afkar yang mantap. Sudah dipastikan, beberapa saat lagi akan terjadi hot news yang beredar karena kelakuan mereka.
...
"Arsya!"
Hening seketika. Semua orang yang ada di dalam kelas menatap keempat remaja laki-laki yang memasuki kelas mereka dengan mulut terbuka. Segerombol orang yang tadinya sedang bercanda itu kini mengatupkan bibirnya rapat. Seorang gadis yang namanya disebut, membulatkan matanya tidak percaya.
"Arsya, mana?" tanya Afkar sekali lagi. Tatapannya menelisik ke seluruh isi kelas.
Dika, lelaki itu duduk di samping Caca. Mencolek lengannya dengan pulpen yang ia pegang. "Ca, itu," bisiknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Part (END)
Teen FictionAda satu bagian yang kosong sebelumnya. Bagian itu tidak pernah diusik oleh siapapun. Tapi, setelah seseorang itu hadir, bagian itu terusik, lalu terisi dengan baik. Bagian itu adalah bagian yang kini menjadi bagian terbaik dalam hidupnya. Seharusny...