The Best Part. 10

1.7K 223 30
                                    

Caca saat ini sedang bermain dengan Pompom-kucing kesayangannya-di dalam kamar. Jam menunjukan pukul setengah delapan malam. Ia sudah makan malam dan sholat. PR juga sudah selesai, waktunya bersantai.

Gadis itu mengambil ponsel. Lalu membuka aplikasi Instagram. Dirinya akan membuat insta story berisi aktivitas Pompom. Ya, lalu apalagi? Dirinya tidak nyaman jika mengisi insta story tentang wajah atau kegiatan dirinya di setiap hari. Menurutnya, itu tidak penting.

Menekan tombol video, Caca mulai merekam Pompom yang sedang mengeong-ngeong. Kucing itu mengendus telapak tangan Caca yang mengelus kepalanya. Dan masih terus mengeong lucu.

"Meong, meong."

Caca terkikik geli. Video durasi lima belas detik itu selesai ia buat. Ia kemudian menambahkan caption 'Pompomku🐈' di sana. Setelahnya ia mengirim insta story itu dan meletakan ponsel kembali di samping tubuhnya.

"Pompom, kamu gak pernah suka sama kucing lain, ya? Kok sampai sekarang belum ada tanda-tanda kamu punya anak?"

Pertanyaan macam apa itu?

Saat Pompom mengeong kembali, Caca merebahkan dirinya di atas kasur setelah memasukan Pompom ke dalam kandang. Ia kemudian bermain ponsel kembali.

Tidak ada yang penting sebenarnya, ia hanya scrool kolom pencarian akun Instagramnya. Menonton video-video yang tidak sengaja ia lihat. Alih-alih merasa iri karena banyak yang mengumbar kemesraan, ia malah mendengus.

"Apalah mereka ini?" gumamnya.

Saat sebuah video yang di atasnya terdapat sebuah kata 'Ayah-able', Caca terpaku. Jari yang tadinya ingin menekan tombol back, kini menggantung di udara. Membiarkan video yang menarik perhatiannya itu terputar.

Father, cek!

Suka jahil.

Suka rebutan remot tv.

Suka tanya kenapa aku jomblo.

Masih suka cium pipiku.

Sering banget ketawa bareng karena hal receh.

Ayah, i love you❤.

Debaran jantungnya mulai menggila. Diiringi rasa sesak yang mengimpit dada. Meletakan ponsel. Meraih guling dan memeluknya. Sesak, kian semakin menyerang.

Ayah ....

Genangan itu siap meluncur membasahi pipi. Hingga satu isakan lolos, kemudian disusul dengan isakan-isakan kecil yang lain, Caca menyembunyikan wajahnya ke bantal.

"Pengen ketemu ayah. Ketemu ibu, hiks ...."

Apa yang lebih menyesakan dari tidak pernah bertemu dengan kedua orangtuanya? Tidak pernah melihat langsung bagaimana wujud dan rupa orangtuanya sendiri?

Jika dulu-saat dirinya masih balita-tidak terlalu mengharapkan akan hadirnya sosok orangtua, maka saat dirinya remaja sekarang, ia mengharapnya. Besar harapannya untuk bisa merasakan kasih sayang kedua orangtuanya secara langsung.

Meski pada kenyataannya ia tidak merasakan kekurangan kasih sayang, namun tetap saja, ia ingin merasakan lembutnya usapan jemari tangan ibunya. Atau, dekapan lengan kekar dari sosok ayahnya.

Yang bisa ia lakukan sekarang adalah meringkuk di atas tempat tidur. Menarik selimut. Masih dengan terisak pelan, ia berdo'a.

Lima menit kemudian, ia sudah berada dalam tidurnya. Memberikan jejak air mata yang sangat nyata di kedua pipinya.

Tidak tahu juga kalau satu notifikasi masuk di ponselnya berupa ucapan terima kasih dari seseorang.

Al.Afkar
Mksh krn udh kmbliin glang gw

The Best Part (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang