Yuhuuuu, come back!
Boleh minta vote sama komennya? Makasih :)
Maaf baru update, idenya kemaren mampet banget, huhuuuuu
Happy reading!
...
"Umma, dapat salam dari YouTuber yang sering Tisya sama Umma tonton itu lho. Kata temen Tisya, kakaknya udah tahu kalau Tisya sama Umma sering nonton videonya. Tisya seneng banget! Kapan-kapan Tisya mau ajak kakak itu ke rumah. Boleh kan, Umma?"
"Dek, berisik!"
Tisya langsung menekuk wajahnya. Menerucutkan bibir. Menekuk kedua tangan di depan dada. Ia melirik abangnya yang sedang asyik menyetir mobil melalui kaca kecil yang menggantung di atas. Ia duduk di jok belakang. Sedangkan Ummanya duduk di kursi samping abangnya.
Tisya bercerita tentang seorang YouTuber yang videonya selalu menarik perhatiannya. Memang sih ia tidak tahu bagaimana bentuk wajah dari seseorang di balik suara yang selalu mengisi video yang ia tonton itu, tapi ia yakin kalau orang itu pasti cantik. Ahh ... Tisya jadi ingin bertemu dengan orang itu. Terlebih lagi, orang itu adalah kakak dari teman kelasnya.
Umma yang mendengar celotehan anak gadisnya itu terkekeh. Tidak bisa berbohong juga kalau ia tertarik dengan apa yang dikatakan Tisya. "Oh ya? Boleh kok. Nanti kapan-kapan kalau kakaknya bisa main ke rumah dan mau, nanti adek tinggal kasih tahu Umma aja. Nanti Umma siap-siap, oke?"
Wajah yang sebelumnya cemberut, kini sumringah. Gigi rapih nan putihnya terlihat jelas. Tisya mengangguk dengan semangat. Kemudian mengangkat kedua jempol tangannya di udara. "Umma, the best. Love you, muahhh!!"
Afkar yang menyetir itu membelokan setir. Memasuki pelataran supermarket yang ditujunya. "Mupla ple mples. Mop plu, muplah!" cibirnya.
Astaghfirullah. Afkar berbicara apa?!
Tisya terbahak mendengar bahasa abangnya yang aneh itu. "Bahasa alien! Ngomong tuh sama setir, wuuu..." katanya.
"Abang, jangan ngomong gitu ah. Ada-ada aja," ucap Umma.
Afkar terkekeh sebentar. "Maaf, Umma. Suka kebablasan."
***
"Kamu tulis seluruh anggota yang hadir hari ini. Dan yang gak hadir kamu tulis juga beserta keterangannya. Kalau udah bisa kasih ke aku. Oke?"
"Oh--oke!"
Setelahnya, laki-laki yang menyandang sebagai ketua ekskul PMR yang baru itu pergi begitu saja. Di tempatnya duduk, Caca memegang selembar kertas A4 yang masih kosong. Caca baru saja diberi tugas untuk menulis siapa saja yang hadir hari ini dan yang tidak. Kegiatan ekskul sudah berjalan tiga puluh menit yang lalu. Masing-masing dari anggota bagian yang berbeda sedang beristirahat sejenak.
Iya, mulai sekarang Caca sudah resmi menjadi sekretaris di ekskulnya. Di hari ini, setelah bel pulang berbunyi, Caca tidak langsung pulang karena ekskulnya hari ini jadwalnya latihan. Ada beberapa ekskul lain juga yang sedang latihan seperti ekskul PMR.
Caca mengambil pulpen di tempat alat tulisnya. Kemudian gadis itu mulai menulis nama-nama anggota yang hari ini hadir. Pertama-tama ia menuliskan anggota dari bagiannya dulu. Ia masuk ke bagian PP (Pertolongan Pertama), baru setelah itu ia akan lanjut ke bilik anak PK (Perawatan Keluarga), IP (Ilmu Pengetahuan) dan Tandu Darurat.
"Kak Arsya, Fida gak masuk ya, sakit katanya." Salah satu adik kelasnya berkata seperti itu. Caca mendongakan kepalanya.
"Kalau boleh tahu, sakit apa ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Part (END)
Teen FictionAda satu bagian yang kosong sebelumnya. Bagian itu tidak pernah diusik oleh siapapun. Tapi, setelah seseorang itu hadir, bagian itu terusik, lalu terisi dengan baik. Bagian itu adalah bagian yang kini menjadi bagian terbaik dalam hidupnya. Seharusny...