The Best Part. 14

1.3K 168 28
                                    

Hari libur, Afkar cs pergi ke puncak untuk liburan. Lumayan, meski libur sekolah dua hari--Sabtu dan Minggu--setidaknya itu membuat otak mereka segar kembali. Di pertengahan bulan Oktober ini, hanya tersisa dua bulan lagi menjelang akhir tahun, lalu masuk ke semester akhir. Di mana, semester akhir masa SMA itu akan ada Ujian Nasional.

Mereka berempat jarang sekali berlibur seperti ini. Mereka seringnya merencanakan sesuatu, tapi berujung wacana semata. Namun, kali ini tidak, karena tidak direncanakan.

Ini semua karena ide Misbah malam tadi. Pukul 19.30 menit, lelaki itu mengajak Afkar, Raka dan Ganda untuk berlibur ke puncak. Dengan iming-iming 'kalau tidak sekarang, kapan lagi?', jadilah ketiga temannya itu setuju.

Tidak sampai situ, malamnya mereka menginap bersama di rumah Afkar. Tidur pukul 11 malam. Sebelum tidur, mereka berunding dulu. Musyawarah mufakat terjadi saat itu juga di dalam kamar Afkar. Mereka membahas dari mulai penginapan, kebutuhan, dan yang lain. Beruntungnya Misbah yang mengajak mereka memang mempunyai saudara di puncak, jadi tidak akan kesusahan untuk mencari penginapan nantinya.

Baik Umma atau Tisya, tidak merasa keberatan saat teman-teman Afkar menginap. Itu sudah biasa terjadi. Toh, mereka juga menginap tidak macam-macam. Mentoknya, Raka yang menggoda Tisya--bermaksud memanasi Afkar.

Pagi ini, setelah sholat subuh berjamaah, mereka berangkat menggunakan mobil Afkar. Di antara mereka berempat, yang usianya paling tinggi adalah Misbah, lalu disusul Ganda, Afkar dan yang terakhir Raka. Namun, yang lancar menyetir mobil adalah Afkar dan Ganda. Sedangkan Misbah dan Raka, lancar mengoceh saja.

Di dalam mobil, Afkar yang menyetir. Lelaki itu memakai hoodie maroon dan celana cream selutut. Di sampingnya ada Ganda yang memakai celana training panjang dan jaket hitam. Di kursi belakang ada Misbah dan Raka yang sudah couple-an memakai kaus hitam dan celana selutut warna hitam. Tidak tertinggal ada topi yang dua sejoli itu pakai.

Sungguh, awalnya Afkar dan Ganda menyuruh mereka berdua untuk memakai jaket atau hoodie, tapi ditolak mentah-mentah dengan kompak oleh mereka.

"Cowok yang pakai kaus hitam, celana hitam, topi hitam, fiks gantengnya gak nahan," ucap Misbah dan Raka dengan kompak.

Afkar saat itu langsung membalas, "Gantengnya nggak, kayak maling iya."

Ganda terbahak setelahnya.

Dan di sinilah mereka, di dalam mobil yang berisik. Masih petang, tapi semangat Misbah dan Raka sudah membara sekali. Ganda ingin tidur lagi sebenarnya, tapi Afkar mencegah. Beralibi jika lelaki itu akan mabuk di dalam mobil karena melihat kelakuan kedua temannya yang lain.

"Eh, Ka, lo dicariin tuh sama Lily. Ngedm gue kemarin." Misbah menampar paha Raka. "Gue kaget, dong, Ka. Setelah tiga bulan, dia baru nongol lagi, dan tebakan gue bener, dia nyariin elo!" rocosnya dengan menggebu. Raka mengenyahkan lengan Misbah yang ada di pahanya.

"Enyahkan tangan dosamu itu, Nak." Raka bergidik. Misbah sontak melotot tidak terima. "Tangan lo juga penuh dosa, Kambing!" semburnya.

Ganda tertawa di tempatnya, sedangkan Afkar terkekeh sambil melirik Misbah dan Raka dari kaca kecil di atas yang menggantung. Kelakuan teman-temannya memang tidak ada duanya. Ada saja yang akan didebatkan.

Menyodorkan ponsel pada Raka, Misbah kembali bercerita, "Tanya-tanya tentang lo gitu. Katanya, "Raka apa kabar, ya? Emm, semoga selalu sehat" gitu. Emangnya waktu pacaran sama dia lo gak waras gitu? Sumpah, kalian kenapa putus, sih, kalau masih sama-sama sayang?"

Raka menyimak dm antara Misbah dan mantan pacarnya itu. Ketika celetukan dari bangku kemudi terdengar, ia mendongakkan kepalanya. "Sama-sama sayang kalau terjerat dalam lubang dosa dan gak satu frekuensi, buat apa, Mis?" Yang membuat Misbah langsung bungkam.

The Best Part (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang