"WAHH!! KAK CACA VIEWERNYA UDAH BANYAK! HEBAT DEH!"
Nyaris menklik tombol delete pada keyboard laptop, Caca menoleh pada Azhar--keponakannya--yang tidak lain adalah anak dari Esha dan Akbar. Azhar tiba-tiba saja datang dan sudah bersorak heboh. Caca sampai bertanya-tanya darimana datangnya Azhar karena tidak ada suara langkah kaki yang mendekatinya.
Saat ini ia duduk di bawah beralaskan karpet bulu. Di ruang tengah yang sedang sepi. Fadil--ayah Akbar--sedang pergi ke rumah adik Akbar--Ziya namanya. Sedangkan Akbar dan Esha sedang ke supermarket membeli kebutuhan dapur yang sudah menipis. Tadi Azhar diajak oleh orangtuanya itu, tapi menolak, malah memilih menemani Caca yang tahu-tahu sudah ada di ruang tengah
Azhar tahu kalau Caca itu mempunyai channel di YouTube, bahkan membuat konten di sana. Ia juga tidak malu untuk mempromosikan channel YouTube Caca kepada teman-teman kelasnya, terlebih lagi perempuan. Terkadang ia mengompori teman perempuannya untuk ikut mempromosikan ke ibu-ibu mereka. Secara, sejatinya perempuan, meskipun tidak bisa memasak, pasti akan suka menonton video tutorial membuat kue atau semacamnya bukan?
Tadi, Azhar di kamar. Mengerjakan PR nya yang belum selesai. Setelah semuanya rampung, anak laki-laki berusia sembilan tahun itu mencari keberadan Caca. Niat awalnya ingin mengajak kakaknya itu bermain bulu tangkis, tapi ia urungkan saat melihat Caca sedang berkutat dengan laptopnya di ruang tamu.
Azhar duduk sambil menyengir lebar. Mengabaikan gerutuan kakaknya yang masih saja terkejut akan kehadirannya. Ia kemudian menatap layar laptop. Rupanya, kakaknya itu sedang membaca komentar-komentar yang diberikan oleh orang-orang yang sudah menonton video yang kakaknya upload.
"Ada juga ya yang kritik video kakak," kata Azhar.
Caca kembali fokus pada laptopnya. Membaca satu persatu komentar yang diberikan viewersnya. Tidak banyak yang berkomentar menkritik, tapi di setiap video yang ia upload pasti selalu saja ada yang menkritik. Tidak papa. Menurutnya itu tidak masalah. Toh, wajar kalau setiap manusia berkomentar seperti itu. Dan ia hanya menjadikan komentar itu sebagai bentuk penyemangat agar bisa membuat video dengan baik lagi ke depannya.
"Namanya juga manusia, Zhar, wajar kok kalau berkomentar kayak gitu."
"Kak, tahu gak kalau temen aku suka banget nonton video tutorial kakak kalau buat kue?" Azhar begitu antusias. Bahkan ia sampai menarik lengan baju yang dipakai Caca. Membuat kakaknya itu menatapnya dengan berbinar.
"Gimana-gimana?"
"Jadi gini, aku kan promosiin nama channel YouTube kak Caca ke temen-temen aku, nah temen aku ini nonton. Terus dia nontonnya sama ibunya juga, kadang ibunya juga langsung praktekin apa yang ditonton di video kakak lho. Katanya sih, dia juga sering komen di video kakak, tapi aku gak tahu nama akunnya apa," jelas Azhar begitu lebar.
Caca mengacak rambut halus milik adiknya itu dengan gemas. "Bilangin makasih sama temen kamu itu ya. Dan buat kamu, makasih udah promosiin channel YouTube kakak!"
"Sip! Tapi, aku mau minta sesuatu, hehehe ... "
Ya wajar sih, pasti akan ada udang di balik batu. Selalu.
Caca sudah memicingkan matanya curiga. "Pasti ... " Ia menjedanya. "Es krim?"
Azhar terkekeh geli. "Salah satunya."
"Apaan sih? Jangan aneh-aneh deh, Zhar."
"Ke taman. Main tiup balon sabun, tapi sebelum itu jajan es krim dolooooo. Key, sip? Skuy, Kak!"
Heh!
Seharusnya Caca sadar kalau sifat menyebalkan yang ada di diri Azhar adalah keturunan dari Papinya. Yang tidak lain adalah kakak iparnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Part (END)
Teen FictionAda satu bagian yang kosong sebelumnya. Bagian itu tidak pernah diusik oleh siapapun. Tapi, setelah seseorang itu hadir, bagian itu terusik, lalu terisi dengan baik. Bagian itu adalah bagian yang kini menjadi bagian terbaik dalam hidupnya. Seharusny...