Update? Yeay!
Vote dan komen ya^^
Happy reading!
Awas, kesel.
..."Gi?"
"Hm? Kenapa?"
"Gigi?"
"Iya, Ca, i'm here."
"Gigi!"
"Astaghfirullah. Kenapa sih? Udah deh, kalau mau mewarnai ya mewarnai aja! Gak usah berisik, kan bisa!"
"Ish, gitu doang ngambek!"
Gigi menghadap Caca. Menghempaskan pulpen di atas buku tulisnya dengan kesal. Pasalnya sedari tadi temannya itu tidak kunjung diam. Selang beberapa detik memanggil namanya terus. Apalagi sejak pagi tadi, ada yang aneh dengan temannya itu.
Caca yang memegang krayon berwarna merah itu langsung menghentikan gerakan mewarnainya. Ia kemudian meringis setelah menatap Gigi. Ternyata Gigi sedang mendelik kesal padanya.
"Lo tuh kenapa sih, Ca? Kalau ada apa-apa cerita aja, gak usah sungkan." Gigi mulai rileks rupanya.
"Kamu tahu gak soal gelang itu?"
Gigi mengangkat bahunya acuh. Mana ia tahu, kan gelang itu selalu dibawa oleh Caca sendiri ke mana-mana. Jadi, kalau ada apa-apa dirinya tidak tahu-menahu.
"Tahu apaan? Jangan-jangan ... Gelang itu hilang? Lo hilangin, Ca? Nanti kalau yang punya tahu gimana?!"
Caca mengerucutkan bibirnya. "Ish, bukan!" Ia melirik ke sekitar. Teman kelasnya sibuk masing-masing. "Gelang itu punya kak Afkar," lanjutnya berbisik.
Gigi melotot hebat. "SERIUS?" pekiknya.
"GIGI, JANGAN TERIAK!" tegur sang ketua kelas.
Gigi menoleh. "Lah, lo juga teriak?"
Mengangkat tangannya sebelah, ketua kelas mengalah. "Sori," katanya.
"Demi apa itu punya kak Afkar? Lo tahu dari mana, Ca? Jangan halu, deh!"
"Kamu gak percaya sama aku?"
"Bukan gak percaya, Arsya Fidiya, cuma mau memastikan kejelasannya aja."
"Sama aja! Kalau Gigi percaya, pasti gak akan ngomong kayak gitu!"
Ngambek?
Gigi kini mendapati Caca yang kembali mewarnai buku gambarnya. Mood Caca memang seperti itu. Seperti anak kecil jika berhadapan dengannya. Lain kali kalau di rumah. Pasti berbeda.
Gigi mencolek lengan Caca. "Sstt, cewek, jangan marah dong. Masa gitu doang ngambek?"
"Apaan sih?"
"Ayolah, Ca, jangan ngambek, nanti nambah jelek, mau?"
"Bentar, ish! Ini lagi warnain buah apelnya dulu! Lagian siapa yang ngambek."
YA, TERUS YANG TADI APA KALAU. BUKAN NGAMBEK?!
Gigi memutar bola matanya malas. Cukup sudah. Ia kemudian mengambil ponsel dan mulai menjelajahi akun sosial medianya. Dari pada meladeni Caca, hanya mengundang kekesalannya saja, lebih baik ia bungkam.
...
"Aku mau ke perpus."
Tanpa menunggu balasan dari Gigi, Caca langsung melesat pergi keluar kelas. Gigi sampai dibuat heran oleh temannya yang polos satu ini. Polos-polos kadang minta ditampol. Seperti sekarang contohnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Best Part (END)
Teen FictionAda satu bagian yang kosong sebelumnya. Bagian itu tidak pernah diusik oleh siapapun. Tapi, setelah seseorang itu hadir, bagian itu terusik, lalu terisi dengan baik. Bagian itu adalah bagian yang kini menjadi bagian terbaik dalam hidupnya. Seharusny...