Part 15

2.1K 206 47
                                    

CHRIS LANE - HOLD YOU TONIGHT

💚

Sana mempercepat langkah kakinya menuju ke ruang rawat anak tunggalnya. Air matanya semakin mengalir deras saat membayangkan bagaimana keadaan anaknya yang sudah merasakan rasa sakit yang tidak wajar diusianya yang baru 3 tahun.

Sana membuka pintu tanpa menimbulkan bunyi. Kaki jenjangnya melangkah pelan, masuk ke dalam. Tatapan mata ularnya langsung terfokus kepada tubuh mungil yang sedang terbaring lemah tak berdaya diatas brankar.

Kedua tangannya tergepal kuat, berusaha untuk menahan suara isak tangisnya setelah sampai disamping brankar Zaki. Hatinya seperti diremas kuat, terasa sangat sakit.

Siapa yang tidak akan merasa sakit ketika melihat anaknya jatuh sakit, sepertinya tidak ada. Karena rasa sakit yang dirasakan oleh sang anak akan dirasakan juga oleh orang tuanya. Apalagi ikatan bathin seorang ibu kepada anaknya sangatlah kuat dan tak terbantahkan.

Sana mengulurkan tangannya, mengelus dahi dan pipi Zaki yang terlihat pucat. Lagi, hatinya seperti ditikam ribuan pisau tajam saat tatapannya tertuju ke belahan bibir Zaki yang begitu pucat.

"Sana!?" Pekik sebuah suara dari arah toilet. Seorang wanita paruh baja terbengong ditempatnya, terkejut melihat Sana

Sana menoleh "Mom?" Gumamnya lirih dengan air mata yang semakin berjatuhan

Jennie melangkah cepat, memeluk tubuh ibu dari cucunya "Akhirnya kau datang juga. Zaki pasti bahagia melihat kedatanganmu" Katanya membelai punggung Sana

Sana memeluk erat Jennie. Menangis tanpa suara, menumpahkan kesedihannya lewat pelukan nyaman wanita paruh baya itu yang begitu baik terhadapnya. Padahal Sana sudah melakukan kesalahan besar, meninggalkan anaknya lalu datang tiba-tiba tanpa rasa malu.

"Sudah, jangan menangis terus. Kau harus kuat. Zaki baik-baik saja" Jennie melonggarkan pelukannya, mengusap airmata dipipi Sana

Sana mengangguk lemah, melepas tangannya dari pinggang Jennie kemudian berbalik mendekat mengecup dahi Zaki "Get well soon, boy"

Jennie mengajak Sana duduk disofa "Siapa yang memberitahumu jika Zaki dirawat dirumah sakit?"

"Dahyun mendatangiku tadi di Apartemen dan memberitahuku jika Zaki sedang sakit. Aku langsung kesini setelah Dahyun memberi izin untuk menemui dan merawat Zaki" Sana menghapus jejak airmatanya memakai tissu

Jennie mengangguk, mengelus sayang surai hitam Sana "Syukurlah anak itu mau mengalah dengan egonya. Mom kira dia akan tetap pada pendiriannya"

Sana kembali terisak "Maafkan aku, Mom. Maaf sudah meninggalkan Zaki tiga tahun yang lalu dan datang tiba-tiba tanpa rasa malu"

Jennie menggeleng "No. Kau tidak perlu meminta maaf. Mom pun akan melakukan hal yang sama jika berada di posisimu waktu itu"

Sana mendongak menatap sendu wanita paruh baya di depannya "Thanks Mom, atas kebaikan Mom kepadaku" Ucapnya kembali memeluk Jennie

Jennie pun membalas pelukan Sana "Sekarang persiapkan dirimu untuk memperkenalkan siapa kau kepada Zaki. Mom akan membantumu untuk mendekati Zaki. Mom tau, Zaki masih canggung kepadamu walaupun dia sudah merasa jika kau adalah Ibunya"

Sana pun mengangguk melepas pelukannya "Mom, pulanglah. Biar aku yang menjaga Zaki"

Jennie tersenyum "Baiklah. Mom juga sudah merindukan pria mudaku. Kau sudah makan? Kalau belum, Mom akan meminta orang rumah membawakan makanan untukmu"

"Aku sudah makan di Apartemen sebelum Dahyun datang. Hati-hati dijalan" Ucap Sana mengantar Jennie keluar

Diluar sopir pribadi keluarga Kim's sudah bersiap untuk mengantar nyonya besar pulang ke Mansion.

Depend On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang