Chapter 14

342 44 2
                                    

Happy reading gais

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading gais...


***


BRAK


Divanka membanting beberapa buku tebalnya diatas meja kantin, membuat Brian dan juga Jane yang tadinya asyik bergibah langsung terkejut dan diam menatap Divanka, sepertinya gadis ini sebentar lagi akan mengamuk. Berhubung dosen hari ini tidak masuk dan Divanka sudah datang lebih awal, mungkin itu adalah alasan utama kenapa mood Divanka sedikit hancur.


“Lo kenapa sih? Lagi datang bulan? Baru muncul udah ngamuk aja lo.” gerutu Jane.


Kedua tangan Divanka langsung ia simpan di pinggangnya, matanya menatap datar kearah Jane yang benar-benar tak memberikan kabar jika jadwal hari ini sedang kosong. Andai tahu kejadiannya seperti ini, mungkin Divanka masih berada didunia mimpinya yang menikah dengan Justin Bieber.


“Resiko punya teman cuma dua, enggak ada yang kabarin kalau dosen enggak masuk hari ini.” sindir Divanka.


Spontan Jane dan Brian menelan salivanya susah payah sembari menatap takut kearah Divanka, karena jika Divanka mengamuk akan sangat menyeramkan, bisa-bisa meja kantin akan terbalik akibat ulahnya.


“Daripada lo marah-marah, mending pesan teh sana, gue yang bayar.” ucap Brian.


Bukannya menuruti ucapan Brian, justru Divanka mengambil posisi duduk tepat disamping Jane yang tengah memoles make up di wajahnya. Alasan utama kenapa mood dia hancur selain karena tak dikabari oleh kedua temannya ini adalah tentu saja karena Jae, sepertinya itu sudah menjadi ritual setiap harinya meskipun mereka telah mencoba untuk menjalani kehidupan layak sebagai pasangan suami-istri.

Namun, emosi Divanka benar-benar tak dapat dikontrol lalu lepas begitu saja, untunglah Jae hanya diam dan membiarkannya mengomel, karena menurut Jae lama-kelamaan didiamkan pasti akan membaik dengan sendirinya. Sudah berkali-kali Jae coba, dan itu berhasil.


“Lo sama siapa ke kampus?” tanya Jane sembari fokus memasang lensa di matanya.

“Jae.” jawab Divanka singkat, padat dan jelas.


Terkadang Jane heran dengan cara Divanka memanggil Jae tanpa embel-embel kakak atau apalah sebagai panggilan untuk suami, justru dia tinggal menyebut nama seakan-akan Jae hanya sebatas teman.


“Coba deh lo biasain panggil Jae dengan sebutan kakak, biar makin harmonis, dan cara ucap lo ke dia diubah juga pakai aku-kamu.” saran Jane.


Pergerakan tangan Divanka yang hendak membuka segel tutup botol langsung terhenti dan mulutnya spontan menganga mendengar usulan yang terdengar agak cringe baginya, sebenarnya dia bisa melakukan itu semua, hanya saja dia butuh waktu dan entah kapan waktunya tiba. Jangan lupakan jika Divanka adalah korban kebrengsekan seorang laki-laki, berakhir meninggalkannya seorang diri disertai luka yang menganga lebar.


Park Jaehyung : Not Mine? (Jae DAY6) [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang